My World: Tentang Luka Yang Kusimpan Sendiri

EDIT BY CANVA


Membaca judul di atas mungkin beberapa orang akan teringat dengan sebuah buku yang berjudul sama karya dari Kopioppi. Namun, ini bukan tentang review buku, tetapi hanya sebuah kalimat yang mungkin bisa menggambarkan situasi dari banyak orang saat ini. 

Tentang luka yang kusimpan sendiri, memang begitu adanya. Luka yang di maksud dalam hal ini adalah luka batin yang timbul dalam diri seseorang. Tidak semua hal bisa kita ceritakan pada setiap orang, dan sering kali diri sendiri saja sudah cukup untuk berbagi luka. Bukan karena tidak ada orang yang bisa menjadi pendengar, melainkan tidak ada yang benar-benar peduli kecuali diri sendiri. 

Setiap orang punya luka masing-masing. Memilih merahasiakannya atau mengungkapkannya pada orang lain adalah suatu pilihan. Namun, keduanya akan menghasilkan reaksi yang berbeda.

Ketika kita memilih untuk bercerita dengan orang lain, meski luka itu masih menganga tetapi entah kenapa hati akan lebih sedikit lapang. Seolah beban yang menghimpit tiba-tiba mengendur begitu saja, lain hal ketika kita menyimpannya sendirian beban itu seolah tidak ada habisnya, bahkan mungkin hanya air mata yang bisa melukiskan seberapa lelahnya menahan luka sendirian. 

Hal semacam ini pernah dirasakan oleh seorang gadis muda yang tinggal di sebuah desa. Sebut saja namanya Lili.  Lili hanyalah gadis sederhana yang pemalu, temannya tidak banyak bahkan bisa dihitung dengan jari. Suatu hari Lili mendapati musibah besar yang belum pernah ia bayangkan akan terjadi dalam hidupnya, tetapi apa yang Lili lakukan bukanlah berteriak sana sini untuk meminta bantuan. Meski berbagai ikhtiar Ia lakukan sendiri, tetapi tetap saja bahwa Ia hanyalah seorang gadis yang bahkan pundaknya belum kokoh untuk menanggung beban berat yang menimpanya. Meski begitu, Ia tetap berusaha untuk menampilkan topeng kebahagiaan miliknya, sehingga ketika orang lain melihatnya akan berpikir bahwa Lili selalu baik-baik saja, padahal sebenarnya tidak demikian.

Hal yang pernah dilakukan oleh Lili mungkin juga dilakukan oleh orang lain. Sebab, pada dasarnya setiap orang pasti punya luka dan setiap orang punya cara untuk menyembuhkan lukanya sendiri.

Apakah dengan menyimpan luka sendirian, akan dapat mempengaruhi mental seseorang?

Memilih untuk menyimpan luka sendirian, sering kali menjadikan seseorang itu lebih tertutup, sebut saja ia makhluk paling misterius. Tetapi di balik kemisteriusannya, ia dengan begitu terampil menampilkan topeng kebohongan. Bagaikan badut, ia adalah penghibur banyak orang, tetapi tidak bisa menghibur dirinya sendiri. 

Luka yang disimpan sendirian, semakin lama akan semakin menekan akal dan pikiran. Menjadi pemberontak atas luka yang terlalu kejam menyakiti diri sendiri dan kadang kala menjadi pribadi yang egois dan jahat pada diri sendiri. Berpura-pura tidak ada kesedihan dan air mata, sehingga bibir selalu dipaksa untuk tetap menampilkan wajah senyum dan ceria. 

Kisah tentang Lili adalah satu dari kisah banyak orang yang tetap memilih untuk menyembunyikan lukanya sendirian. Menjadi orang yang cukup jahat pada diri sendiri karena memaksa untuk tetap kuat walaupun sebenarnya begitu rapuh. Tetapi menyembunyikan luka sendirian bukan berarti kita benar-benar sendiri. Sebab, di luar sana masih banyak yang peduli, hanya saja kita yang terlambat menyadari. 

Subscribe to receive free email updates:

10 Responses to "My World: Tentang Luka Yang Kusimpan Sendiri"

  1. Luka memang perlu waktu buat sembuh. Semangat kak!

    BalasHapus
  2. Wahh betul banget kak, sangat realate sama anak muda milenial, mudah-mudahan apapun masalahnya itu jalan yang terbaik buat kita..

    BalasHapus
  3. Memendam luka sendirian seperti Lily tidak mudah. Jangan pernah merasa sendirian.

    BalasHapus
  4. Sebenarnya manusia itu makhluk sosial. Kalau dia punya luka (batin), dia butuh curhat. Bagiku kalau ada luka (batin), tempat curhat yang terbaik agar tidak memendam luka sendirian adalah curhat kepada Rabbul 'Alamin. Tulisannya aku suka. Semangat menulis, kak...

    BalasHapus
  5. Menyembunyikan luka tidak mudah. Sekarang banyak generasi muda lebih memilih menyembunyikan daripada saling berbagi. Semangat menulis ya kak!

    BalasHapus
  6. Terima kasih kak...
    Semangat juga^_^

    BalasHapus
  7. Hanya waktu yang bisa menyembuhkan luka itu hehe

    BalasHapus
  8. Apakah mungkin, menyimpan luka sendiri dengan maksud ingin menutupi aib diri...

    BalasHapus
  9. Terkadang bercerita pada seseorang akan menambah bebannya dan membuat kita semakin terluka. Jurnaling salah satu wadah curhat, disaat belum ada tempat curhat. semangat kakak

    BalasHapus