Jadilah Pemaaf Meski Sulit
Pernah nggak kamu ngerasain saking lelahnya menahan emosi dan amarah pada seseorang kamu hanya diam tanpa berkomentar apapun? Bukan karena kamu tidak bisa membalas perlakuan orang itu, tapi karena saking lelahnya hatimu untuk mendengar ocehan darinya. Mungkin hampir sebagian orang akan menjawab sudah merasakan atau ada juga yang belum pernah merasakannya. Yang jelas, rasanya itu benar-benar menjengkelkan. Sangat jengkel sampai-sampai rasanya kamu ingin membungkam mulutnya. Rasanya kamu ingin tenggelam ke dalam dasar lautan yang paling dalam, dan kalau boleh kamu memilih untuk hidup sendiri saja di dalam pulau terpencil agar tidak ada yang berkomentar tentang baik buruknya dirimu.
Sabar ya, namanya juga manusia, lidah tidak punya tulang untuk bisa mengerem apapun yang keluar dari mulutnya. Namanya juga manusia adakalanya mereka lupa untuk memanusiakan manusia. Kadangkala mereka terlalu fokus ingin dihargai orang lain tanpa pernah berfikir apakah dia sendiri sudah menghargai orang lain. Kadangkala memang begitulah manusia, termasuk denganku yang tidak luput dari salah dan dosa. Kadangkala kita memang terlalu fokus dengan perkataan orang yang menyakiti kita, sampai kita lupa bahwa mungkin ada dari perkataan kita yang melukai perasaan orang lain. Jadi pada intinya, jika kamu tidak ingin diperlakukan buruk oleh orang lain maka jangan lakukan hal itu pada yang lain. Karena apa yang kamu tanam adalah apa yang kamu tuai.
Setiap orang memiliki karakter dan sifat mereka masing-masing. Seperti yang dikatakan Mike Robbins dalam buku yang berjudul 'Be Yourself' dijelaskan bahwa "Tiap manusia di dunia ini terlahir otentik. Tidak ada rupa maupun karakter dalam jiwa seseorang yang bisa diduplikat oleh orang lain sekalipun keduanya adalah kembar identik." (dikutip dari buku berdamai dengan diri sendiri karya Muthia Sayekti)
Dari beliau aku sadar bahwa, sekeras apapun kamu ingin dimengerti dan dihargai oleh orang lain hasilnya akan tetap sama, yaitu cukup hargai setiap sifat dan karakter orang tersebut maka kita akan bisa lebih menerima orang itu dengan lapang dada. Karena orang-orang seperti itu ada untuk menguji keimanan kita, orang-orang seperti itu ada untuk mempertebal kesabaran kita hingga nantinya kita lebih mendewasa dan lebih menghargai lagi apa-apa yang kita punya. Pada dasarnya dari mereka kita bisa belajar untuk bisa lebih menghargai sesama.
Untuk kamu yang terlalu sering terluka karena perkataan orang lain padamu, sabar ya, walaupun sabar memang sesulit itu. Kamu akan dibuat patah sebelum nantinya akan berada di puncak tertinggi sambil menikmati setiap hasil yang kau perjuangkan saat ini.
Perkataan buruk atau perlakuan buruk orang lain tentangmu jangan pernah kamu masukan ke dalam hati. Karena hal itu hanya akan membuat hatimu lelah, kamu hanya akan terus terobsesi dengan perkataan mereka dan mencari pembuktian diri bahwa kamu tidak seperti apa yang mereka kira. Kamu tidak perlu melakukan itu, tapi kamu hanya perlu menjadi dirimu sendiri. Jadilah versi terbaik dari dirimu sendiri.
"Jika ada kata-kata yang melukai hati, menunduklah dan biarkan ia melewatimu (jangan dimasukkan hati agar tidak lelah hatimu)." Ali Bin Abi Thalib.
Orang lain hanya bisa mengomentari apa yang mereka lihat, karena mereka tidak merasakan seperti apa menjadi dirimu. Dan kamupun tidak merasakan bagaimana menjadi mereka jadi cukup hargai saja.
Tapi pertanyaannya adalah sampai kapan? Mau sampai kapan mereka terus berkomentar, mau sampai kapan mereka menyakiti hatimu dengan perkataan dan perlakuan buruk mereka?
Pertanyaan itu adalah yang sampai saat ini belum kutemukan jawabannya. Karena meski berkali-kali mencoba dan berusaha untuk menghargai orang lain pasti terbesit dalam diri ini perasaan ingin dihargai. Pertanyaan-pertanyaan lain yang muncul adalah kenapa mereka bisa berkata sekasar itu pada kita? Kenapa mereka bergunjing di belakang kita? Kenapa mereka tidak menimbang lebih dulu perkataannya sebelum mereka ucapkan pada kita? Bukankah mereka sudah baligh dan bisa membedakan baik dan buruk suatu perbuatan? Tapi kenapa untuk menjaga perasaan orang lain agar tidak terluka saja mereka tidak bisa?
Tapi lagi-lagi husnudzonku adalah mungkin mereka tidak tahu bahwa apa yang mereka katakan, bahwa apa yang mereka perlakukan itu menyakiti perasaan kita. Maksudnya mungkin hanya bercanda, maksudnya mungkin hanya untuk menasehati, hanya saja caranya yang salah, atau mungkin kita yang terlalu terbawa perasaan hingga merasa tersakiti.
Jadi besarkan lagi sabarmu, kuatkan lagi hatimu dan yakinkan pada hatimu bahwa jika kamu tidak ingin diperlakukan buruk oleh orang lain maka jangan lakukan itu pada orang lain. Jadilah pemaaf sekalipun rasanya memang sesulit itu, apalagi kalau terlalu sering dimaafkan malah menjadi-jadi. Tapi yasudahlah, kembali lagi pada kodrat manusia yang tidak luput dari yang namanya salah dan dosa. Jadi maafkan saja, agar hatimu lebih lapang dada. Karena menjadi pendendam hanya akan melelahkan hatimu saja. Dan balas dendam terbaik adalah dengan menjadikan dirimu lebih baik.
Ingat ya.. ^_^
Kalau ingin dihargai orang lain maka berusahalah untuk terus menghargai orang lain. Kalau ingin orang lain tidak mengatakan perkataan dan perbuatan buruk padamu maka jangan lakukan itu pada orang lain, karena bisa saja ada hati yang pernah kita lukai dari lisan dan tingkah laku kita, hanya saja kita yang tidak menyadarinya..
"Janganlah engkau mengucapkan perkataan yang engkau sendiri tak suka mendengarnya jika orang lain mengucapkannya kepadamu" (Ali Bin Abi Thalib)
"Dan orang-orang yang menyakiti orang-orang mukmin laki-laki dan perempuan, tanpa ada kesalahan yang mereka perbuat, maka sungguh, mereka telah memikul kebohongan dan dosa yang nyata." (QS. Al-Ahzab: 58)
Sedikit muhasabah untuk diri sendiri terkhususnya.. ^_^
0 Response to "Jadilah Pemaaf Meski Sulit"
Posting Komentar