Di Sepertiga Malam

                 Gambar Google (iNews.id)

Rembulan malam hari itu menyapa Indah hingga senyumnya yang hangat terlukis di wajahnya. Indah bergegas bangkit dari ranjangnya untuk mengambil air wudu. Seperti pada malam-malam yang lain, Indah selalu menyempatkan diri untuk melaksanakan sholat sunnah di sepertiga malam terakhir.

Indah membentangkan sajadah kemudian mendirikan sholat beberapa rakaat. Sampai pada saat ia menengadahkan tangan seraya berdoa, air matanya tertumpah tidak tertahan. Senyuman pagi yang terlukis seakan terhapus oleh air mata yang kini membasahi pipinya. Seorang pria yang menjadi alasan kenapa Indah dengan sukarela meneteskan air matanya, telah membuat Indah merasa apa yang ia sedihkan sebenarnya hanya sia-sia. 

Fajar Ibrahim, seseorang yang pernah menjadi orang penting dalam hidup Indah kini hanya tertinggal nama. Indah yang telah bersabar terus menunggu pada akhirnya akan kalah oleh takdir. Takdir yang mempertemukan, takdir juga yang memisahkan. Namun, akan butuh berapa lama agar luka patah hati dapat segera sembuh? 

"Rabbi, aku telah membuat-Mu cemburu, karena ada nama lain di hatiku, di lisanku, dan di fikiranku. Hingga akhirnya rasa kecewa ini menyelimutiku," kata Indah dengan lirih, matanya mulai memerah dan air mata itu terus menetes dengan derasnya.

"Rabbi, jika dia memang ditakdirkan bukan bersamaku. Maka, biarkan dia menemukan orang yang tepat di sisinya, dan aku menemukan orang yang tepat di sisiku," lirih Indah lagi, kali ini bahunya bergetar karena sesenggukan tak kuat menahan tangis.

Pagi harinya di hari yang sama, Indah duduk di halaman rumahnya sembari membaca sebuah buku. Di sela-sela aktivitasnya tiba-tiba notif pemberitahuan muncul di layar ponselnya. Tanpa sengaja di beranda sosial media Indah menampilkan momen Fajar membagikan foto. Foto yang menampilkan gambar Fajar yang bersetelan jas hitam dengan rangkaian bunga melati yang tergantung di lehernya, senyumnya begitu hangat, raut wajahnya menggambarkan kalau ia begitu bahagia. Namun, ada duka yang tersembunyi dari bahagianya orang lain. Duka yang Indah rasakan saat ini telah cukup memporak-porandakan hati, menghilangkan kepercayaan akan cinta, dan membunuh mati semua perasaan yang ada.

"Rabbi, dapatkah aku melupakan tanpa harus membenci?"  lirih Indah sambil meneteskan air mata setelah melihat foto pernikahan Fajar. 

Fajar dan Indah mereka sudah dekat begitu lama, hampir delapan tahun lamanya mereka selalu bersama. Jika salah satu terluka dan bersedih yang lain akan bersedia menjadi obatnya. Namun, mungkin hubungan mereka sudah salah sejak awal. Hubungan tanpa nama dan status memang lebih mudah untuk putus. Hubungan tanpa kepastian dan komitmen pada akhirnya harus menjadi kenangan yang selamanya hanya cukup untuk di kenang.

Kedekatan Fajar dan Indah sudah diketahui oleh banyak orang termasuk orang tua mereka sendiri. Namun, siapa sangka kalau ternyata Fajar lebih memilih ta'aruf dengan wanita lain. Wanita yang bahkan belum pernah dekat dengan Fajar sebelumnya. Mungkin, inilah yang dinamakan jodoh, ia tidak mengenal seberapa dekat hubunganmu dengannya ataupun seberapa lama kamu mengenalnya. Tetapi, jodoh hanya akan mempertemukan dengan orang yang tepat dan di waktu yang tepat.

Pernikahan Fajar menjadi pukulan keras bagi Indah. Kekecewaan, patah hati, dan segala rencana yang sudah tersusun rapih bahkan harus memulai lagi dari awal. Banyak yang mengatakan ketika kamu mencintai seseorang maka doakan dia di sepertiga malam agar kelak dia menjadi jodohmu, tetapi siapa yang dapat menjamin semua itu? Sebab, bisa jadi orang yang kita doakan ternyata tengah mendoakan orang lain.

Indah membalikkan layar ponselnya, lagi-lagi air mata itu menetes deras dari pipinya. Buku yang sedang ia baca tanpa disadari telah basah karena tetesan air mata Indah. Buku itu juga merupakan pemberian dari Fajar, membuat Indah kembali teringat masa-masanya dulu bersama Fajar.

Tentang Fajar dia pria pendiam tapi humoris, tidak terlalu tampan tapi berwibawa, dia bijaksana dan penyayang, anak-anak kecil yang tinggal dekat rumahnya selalu merasa senang ketika bersama Fajar.

Ingatan yang masih cukup jelas membuat Indah geram pada dirinya sendiri. Luka yang seharusnya bisa mudah sembuh pada akhirnya harus tersayat-sayat oleh kenangan yang mengikat dirinya.

Indah bergegas ke dalam kamarnya, mengeluarkan sebuah kotak yang berisi semua pemberian Fajar. Indah membanting kotak itu dengan keras, dicabik-cabiknya kotak yang terbuat dari kardus itu dengan penuh amarah. Siapa sangka, balutan kertas yang menyelimuti kotak itu ternyata menyembunyikan sebuah rahasia. Sebuah kalimat tertulis dengan jelas pada kotak itu.

"Semoga engkau menjadi bagian dari hidupku." Kalimat itu ditulis Fajar di dalam kotak hadiah yang ia berikan di hari ulang tahun Indah tepat lima tahun yang lalu.

Indah tersungkur ke lantai dengan tangis yang kembali pecah, ia menyesali kenapa ia baru menemukan kalimat itu, padahal kotak itu adalah pemberian Fajar yang sudah lama tersimpan. Indah menangis tanpa henti, cinta yang selama ini hanya mampu ia sembunyikan dalam hati telah menghancurkan segala mimpi. Mimpi untuk bisa menjadi bagian dari hidup Fajar telah hilang. Dan pada akhirnya cinta dalam diamnya tidak akan pernah menjadi cinta sejati. Doa di sepertiga malamnya bukan lagi menyebut nama Fajar, melainkan harapan agar dapat sembuh dari luka patah hati. 



Subscribe to receive free email updates:

2 Responses to "Di Sepertiga Malam"

  1. Vibe-nya berasa lagi baca karya Asma Nadia. Nice post, Kak.

    BalasHapus
  2. rapi sekali ceritanya mba, bisa nih jadi novel

    BalasHapus