Biografi Iman Sulaeman
Siapa Iman Sulaeman?
Sosoknya masih muda, saat ini ia baru berusia 21 tahun, tapi jangan lihat dari umurnya, kalau ada pepatah "kecil-kecil cabe rawit" mungkin dia termasuk salah satunya. Prestasinya mungkin belum terkenal di jagat media, tetapi hampir di kalangan teman-teman di kampus pasti akan mengenal sosok Iman Sulaeman. Dari kampus inilah saya bisa mengenal sosok Iman Sulaeman.
Saat diwawancarai, Iman Sulaeman mengaku bahwa dirinya sejak masa sekolah dasar hingga aliyah selalu mendapat gelar sebagai juara pertama, hal ini tidak aneh jika kalian mengenal sosok Iman Sulaeman saat di kampus. Kemampuan public speaking-nya tidak diragukan lagi, selain itu kemampuan adaptasi dengan orang-orang baru bisa disebut sebagai salah satu kelebihannya, hal ini justru menjadi kebalikan dari seorang introvert yang cukup sulit beradaptasi dengan lingkungan sekitarnya.
Iman Sulaeman adalah salah satu anggota dari komunitas menulis bernama ODOP (one day one post) batch 8 dan sekarang menjadi salah satu PJ yang bertugas di grup kecil untuk batch 12. Dari komunitas itu ia berhasil menerbitkan tulisan di koran serta buku antologi yang berjudul "Mengeja Patah, Merangkai Hati". Tulisannya masuk ke dalam deretan penulis hebat dari para anggota ODOP lainnya.
Selain dikenal sebagai mahasiswa PAI yang sambil mengajar di salah satu pondok pesantren di Cirebon, Iman juga seorang pelatih PMR (Palang Merah Remaja) di salah satu SMP di Cirebon, ia juga seorang aktivis sekaligus menjabat sebagai ketua dari Posyandu Remaja Desa Tegalsari. Bukan hanya itu, ia juga merupakan seorang penghafal Al-Qur'an hingga sekarang. Ya, dialah si kecil-kecil cabe rawit, jangan lihat usianya yang masih muda justru pengalamannya jauh lebih banyak daripada saya yang usianya di atas dia.
Dari segala kesibukannya yang padat merayap, tidak membuat ia berhenti hanya disitu saja. Bagi saya, seorang Iman Sulaeman adalah "penggila ilmu" kenapa begitu? Dia orang yang cukup kritis terhadap sesuatu hal yang belum ia ketahui, ia juga suka hobi membaca membuat saya yakin kalau wawasannya jauh lebih luas daripada saya. Setiap kali melihat Iman Sulaeman berbicara di depan kelas atau di depan umum, saya akan teringat dengan sebuah kalimat dari Virginia Wolf "bacalah seribu buku maka ucapanmu akan mengalir seperti sungai." Aku percaya kalimat itu setelah melihat sosok Iman Sulaeman.
Tidak semua orang hobi dengan membaca, tidak semua orang yang pandai menulis juga bisa public speaking, dan tidak semua orang yang bisa public speaking dapat menulis. Jika diibaratkan sebuah makanan, Iman Sulaeman adalah martabak spesial karena bisa semuanya, bisa dibilang paket komplit lah ya, hehehe.
Motto Hidup Iman Sulaeman
Motto hidup seorang Iman Sulaeman, "teruslah berbuat baik meski baikmu tak terlihat atau bahkan tak dilihat." Mottonya ini sarat akan makna, menyimpulkan bahwa setiap manusia harus menjadi orang yang bermanfaat untuk manusia lainnya, dan kebaikan itu semata-mata Lillahi Ta'ala. Orang lain tidak perlu tahu kebaikan kita, mereka bebas menyimpulkan kita sebagai orang baik atau orang yang buruk itu hak mereka, karena baik-buruk yang terpenting adalah bagaimana di mata Allah sebagai Maha Pencipta.
Seperti Apa Sosok Iman Sulaeman?
Kebaikan Iman Sulaeman yang saya tahu dan sangat saya apresiasi adalah giat sebagai pendonor darah. Bagi orang yang tidak ada masalah apapun dengan kesehatannya mungkin ini akan terlihat cukup sepele, tetapi bagi mereka yang memiliki kekurangan, pendonor darah merupakan malaikat penolong. Sebab, jika tidak ada pendonor mungkin tidak akan ada stok darah di bank darah atau di rumah sakit lainnya. Bisa dibayangkan seberapa pentingnya darah itu dibutuhkan?
Setiap kali Iman Sulaeman membagikan momen saat ia donor darah, dalam hati saya terbesit kapan saya bisa donor darah? kapan saya bisa bantu orang yang membutuhkan darah saya? Tetapi pertanyaan itu seolah harus menunggu waktu untuk bisa terjawab. Semoga akan ada banyak sosok seperti Iman Sulaeman yang mau mendonorkan darahnya.
Apa Yang Membuat Saya Termotivasi dari Sosoknya?
Ketika saya bertanya pada Iman, apa kekurangan yang kamu miliki yang membuatmu merasa tidak percaya diri? Dengan santai ia menjawab:
"Tidak ada orang yang memiliki kekurangan karena setiap manusia memiliki potensi. Terdapat dalam Q.S At-Tin ayat 4 bahwa Allah menciptakan manusia dalam bentuk yang sebaik-baiknya. Kekurangan yang dimiliki oleh manusia bukan sebetulnya kekurangan hanya saja belum mencapainya, belum bisa bukan tidak bisa. Di mata manusia mungkin dipandang memiliki kekurangan, tetapi di mata Allah tidak ada yang namanya kekurangan."
Dari kalimat itu saya sadar, Allah menciptakan manusia dalam bentuk sebaik-baiknya, kenapa saya merasa menjadi orang yang paling kekurangan? Saya sadar, mungkin selama ini yang saya lihat adalah kelebihan orang lain bukan kekurangan orang lain, sehingga menganggap bahwa hanya saya yang memiliki kekurangan itu. Namun, seandainya saya mampu melihat kekurangan orang lain mungkin disitu saya akan bersyukur karena saya lebih beruntung dari mereka.
Seorang Syaikh dari Mesir bernama Syaikh Mutawalli As-Sya'rawi juga berkata:
"Andai seorang hamba tahu maksud di balik takdir yang ditetapkan kepadanya, pasti ia akan menangis karena telah berburuk sangka kepada Allah."
Terima kasih Iman Sulaeman, darimu saya belajar banyak hal. Usiamu yang lebih muda dari saya membuat saya iri, karena wawasanmu lebih luas dari saya, kelebihanmu juga membuat saya terpantik dari "belum bisa" ingin menjadi "bisa." Dari tulisan amatir ini, semoga dapat memotivasi banyak orang tentang kisah seorang Iman Sulaeman. Bahwa pengalaman yang banyak bukan didapat hanya soal usia, usia muda justru harus menjadikan seseorang lebih bersemangat dalam menjalani aktivitasnya. Di usia muda ini adalah kesempatan kita untuk berkarier dan berkarya, menebar banyak manfaat serta bersinar menjadi manusia yang taat.
Sesuai nasehat Rasulullah Sallallahu 'Alaihi Wasallam dalam hadits yang diriwayatkan oleh Ibnu Abbas ra, beliau bersabda:
"Manfaatkanlah lima perkara sebelum datang lima perkara, (1) masa mudamu sebelum masa tuamu, (2) masa sehatmu sebelum datang masa sakitmu, (3) masa kayamu sebelum datang masa fakirmu, (4) masa luangmu sebelum datang masa sibukmu, (5) hidupmu sebelum datang matimu."
(H.R. Al Hakim dalam Al Mustadroknya)
Mohon maaf atas segala ketidaksempurnaan tulisan ini, tetapi semoga kisahnya dapat bermanfaat untuk banyak orang.. 🙏
Wah keren ya. Iman memang kecil-kecil cabe rawit. Semoga kita yang lebih tua bisa belajar darinya .
BalasHapusya kak bikin minder hehe
Hapusmasyaallah keren bografinya ka, disampaikan dengan cerita dan pemahaman yang baik tentang mas iman.
BalasHapusTerima kasih kak...
HapusWow sudah dari batch 8 ikutnya. Itu pas Kak Iman umur berapa :)
BalasHapuskayaknya waktu masih SMA kak... wkwk
HapusSubhanallah keren banget... Patut dijadikan contoh
BalasHapuskeren kak
BalasHapusKeren sekali selalu juara satu
BalasHapus