Cerpen: Yang Tak Terduga
![]() |
Edit by: Canva |
Suatu hari di malam yang gelap, aku tiba-tiba terbangun dari mimpi buruk. Mimpi buruk itu adalah tentang perjodohan. Aku dijodohkan dengan seorang pria yang tidak aku kenal. Aku begitu takut hal itu akan terjadi karena saat ini ada seseorang yang sedang aku nanti.
Aku bergegas mengambil air wudu, melaksanakan shalat sunnah kemudian membaca Al-Qur'an. Tiba-tiba aku teringat wajah Ilham orang yang ku tunggu selama ini, aku kembali teringat tentang kedekatan kami selama hampir tiga tahun.
Ilham adalah cinta pertamaku, orang yang berhasil merubahku menjadi seseorang yang mengenal shalat dan hijab. Mengingat mimpi buruk tadi aku jadi semakin merasa takut, bagaimana jika nanti aku benar-benar tidak bisa bersatu dengan Ilham? Apa mungkin aku bisa hidup tanpanya?
Hari semakin menjelang pagi aku bersiap untuk pergi ke salah satu sekolah dasar di daerahku untuk mengajar. Aku mengajar mata pelajaran Pendidikan Agama Islam dari kelas 3 sampai kelas 6. Sudah hampir satu tahun aku mengajar di SD Mekar Jaya. Ilham tahu bahwa saat ini kesibukanku adalah mengajar, tapi karena jarak kami yang terbentang cukup jauh karena Ilham yang sedang merantau di luar kota, sehingga kami hanya bisa saling mengabari lewat ponsel. Sekedar melepas rindu, kadang bisa menjadi pengobat hati.
"Bu Kinan, Ayla boleh nggak pulangnya ikut ibu naik motor?" tanya seorang gadis kecil bernama Ayla, dia muridku di kelas 3. Rambutnya yang di kepang dua membuat ia terlihat cukup menggemaskan.
"Boleh Ayla, emangnya kenapa Ayla tidak dijemput?" tanyaku.
"Kak Faqih nggak bisa jemput Ayla Bu, kakak masih kerja belum pulang," jawab Ayla.
"Oh begitu, ya sudah nanti Ibu antar Ayla sampai rumah ya,"
"Makasih Ibu cantik," puji Ayla.
"Sama-sama Ayla sayang,"
Aku mengantar pulang Ayla ke rumahnya, tidak jauh dari rumahku hanya berbeda gang saja.
"Loh Ayla pulang sama siapa?" tanya seorang pria berperawakan tinggi dan berkulit sawo matang.
"Sama Ibu guru Ayla ka, namanya Ibu Kinan," jawab Ayla sambil tersenyum ke arahku.
"Oh ini yang namanya Ibu Kinan? Cantik ya orangnya," puji seorang wanita ikut menimpali.
"Cantik lah Mah, tuh buktinya Kak Faqih sampe salah tingkah," ucap Ayla, aku sontak melihat ke arah orang yang dimaksud.
"Apa sih Ayla!' gerutunya sambil menarik kepangan rambut Ayla, Ayla meringis kesakitan.
"Mah.. Kak Faqih jahat! Nggak cocok buat Bu Kinan yang baik hati," teriak Ayla sambil berlari ke dalam rumah.
"Jangan didengerin ya Bu guru, Ayla emang suka aneh gitu anaknya," kata Faqih sambil menggaruk tengkuknya yang tidak gatal.
"Ehem, salah tingkah nih Faqih," kata Ibu Ayla tersenyum melihat Faqih yang pura-pura menggaruk tengkuknya.
"Apa sih kak! Anak sama Ibunya sama aja," gerutu Faqih dan berlalu ke dalam.
"Makasih ya Bu guru sudah mau mengantar Ayla sampai rumah, tadi kebetulan Faqih juga baru pulang dari tempat kerja," ucap Ibu Ayla.
"Iya Bu nggak papa kok, rumah Ayla juga nggak jauh dari rumah saya," jawabku sambil tersenyum.
"Ibu Kinan mau mampir dulu sebentar?" bujuk Ibu Ayla.
"Nanti saja bu saya masih ada kerjaan di rumah," jawabku.
"Oh ya sudah kalau begitu hati-hati di jalan ya bu,"
"Makasih Ibunya Ayla saya permisi. Assalamu'alaikum,"
"Wa'alaikumussalam,"
***
Setelah hampir sebulan berlalu, aku mendapat kabar dari ibuku bahwa sore ini akan ada kedatangan tamu penting, dan aku harus ada di rumah tepat waktu. Aku mulai berprasamgka, siapa tamu penting itu, karena tidak mungkin ada orang yang penting mencariku.
Aku menuruti perkataan ibuku, dan sampai di rumah tepat waktu. Rumah dalam keadaan rapih, ibuku juga sudah menyiapkan beberapa cemilan di ruang tamu, aku semakin dibuat penasaran, tidak mungkin kan Ilham mendadak mau melamar?
"Bu ada apa sih kok kayaknya tamu penting banget?" tanyaku setelah beberapa langkah masuk rumah.
"Kamu siap-siap dulu sana!" titah ibuku sambil terus fokus menyiapkan minuman.
"Kalau ada hubungannya sama Kinan, Kinan mohon jangan ambil keputusan yang nggak sesuai dengan keinginan Kinan ya Bu," kataku mengingatkan.
"Udah sana siap-siap dulu!" perintah Ibuku lagi, aku tidak melihat keberadaan ayahku mungkin juga beliau masih bekerja. Tapi kalau ayahku bekerja tamu penting ini mencari siapa?
Aku telah selesai bersiap mengenakan gamis berwarna abu-abu senada dengan kerudungku. Sambil menunggu tamu itu datang aku duduk di sofa sembari memainkan ponsel. Aku membuka pesan terakhir dari Ilham.
"Kinan, mungkin sebaiknya kita hidup masing-masing saja".
Aku tersentak kaget membaca pesan itu, tiba-tiba mataku sudah tidak kuat lagi menahan tangis, aku benar-benar merasa seperti mati sejenak, aku hilang konsentrasi, aku mulai kehilangan arah dan tujuan. Aku sampai tidak menyadari kalau ibuku memanggil sampai berkali-kali.
"Kinan!"
"Ibuuu," kataku sambil menangis dalam pelukan ibuku.
"Kenapa sih kamu kok tiba-tiba ngelamun terus nangis begini?" tanya Ibuku yang mulai merasa khawatir.
"Ibuuu, Kinan mau ketemu sama Ilham," jawabku sambil terisak.
"Istighfar Kinan, kamu kenapa? Cerita sama Ibu. Bukannya Ilham sekarang sudah merantau jauh?" tanya ibuku, walaupun ibuku tahu aku dekat dengan Ilham tapi beliau tidak tahu kalau sampai saat ini aku masih saling berkomunikasi dengan Ilham.
"Bu, Kinan sudah lama nunggu Ilham buat melamar, tapi hari ini Ilham kirim pesan ke Kinan katanya dia mau hidup masing-masing. Maksudnya apa bu?" kataku mulai sesenggukan.
"Itu berarti Ilham bukan jodoh kamu. Dan kebetulan hari ini ada yang mau melamar kamu," kata ibuku, aku tersentak kaget.
"Ibuuu, Kinan nggak mau nikah sekarang, kalaupun iya Kinan cuma mau sama Ilham!" ucapku penuh penekanan.
"Istighfar Kinan, kamu itu guru agama, kamu harusnya tahu kalau yang namanya jodoh itu sudah ditentukan," kata ibuku sambil mengelus lembut punggungku yang gemetaran.
"Tapi bu!"
"Denger kata ibu, mungkin orang ini jauh lebih baik untuk kamu," pungkas ibuku menyemangati.
Setelah beberapa menit berlalu, aku mulai berhenti menangis. Aku masih belum faham dengan kalimat yang Ilham kirimkan, tapi dari kalimatnya sudah sangat jelas kalau dia tidak ingin bermasamaku lagi. Membayangkannya aku merasa sangat hancur lebur. Terlebih saat ini bertepatan dengan hadirnya seseorang yang ingin melamarku. Apa aku terlalu kejam pada diriku sendiri jika aku menerima lamarannya? Atau aku akan terlalu kejam pada orang itu karena dengan terpaksa menerimanya tanpa cinta?
"Assalamu'alaikum," ucap ayahku dan beberapa rombongan yang mulai memasuki ruang tamu. Aku dan ibu spontan langsung menjawab salam.
Aku menyeka air mataku, dan mulai melihat siapa tamu yang ayahku bawa.
"Kakaknya Ayla?" tanyaku kaget saat melihat pria yang sekarang duduk saling berhadapan denganku.
"Iya Bu guru," jawabnya sambil tersenyum malu.
"Alhamdulillah kalau kalian sudah saling kenal. Jadi begini Kinan, Faqih ini berniat untuk melamar kamu, tapi untuk keputusannya bapak serahkan ke kamu," jelas ayahku, aku merasa bingung, jelas-jelas aku tidak mencintai Faqih, dan orang yang kucintai malah ingin mengakhiri hubungannya denganku.
"Ayah, Kinan nggak bermaksud buat menolak, tapi boleh tidak Kinan minta waktu buat menjawab? Paling tidak Kinan bisa shalat istikhoroh terlebih dulu," pintaku pada ayahku, suaraku yang terdengar parau membuat ayahku menyadari kalau aku baru saja menangis, Faqih yang melihatku merasa kecewa dan menampilkan raut wajah sendu.
"Ayah ngerti, tapi ayah cuma kasih waktu kamu satu minggu,"
"Tapi Ayah itu terlalu cepat buat Kinan,"
"Keputusan tetap keputusan, dan ta'aruf itu tidak boleh ditunda-tunda!" kata ayahku penuh penekanan.
Akhirnya Faqih pulang dengan raut wajah kesedihan. Tidak enak hati, tapi mau bagaimana lagi, hatiku baru saja dipatahkan sampai berkeping-keping, dan aku tidak mungkin dalam sekejap mampu menyembuhkannya.
***
Satu minggu hampir berlalu, aku tidak pernah mendapat pesan dari Ilham lagi, pesan waktu itu menjadi terakhir kali.
Kini aku pasrah, mungkin belum sepenuhnya sembuh tapi jika aku tidak segera mengambil keputusan ada hati seseorang yang akan dikecewakan. Aku tahu bagaimana rasanya patah hati, karenanya aku tidak ingin menjadi penyebab dari patah hatinya seseorang.
Sore ini adalah hari terakhir pengambilan keputusan. Aku memberanikan diri untuk mengirimkan pesan perpisahan pada Ilham. Aku tidak mengharapkannya untuk membalas, bagiku dia bukan siapa-siapa lagi. Jika aku tidak bisa memiliki orang yang kucintai tapi paling tidak ada seseorang yang mau mencintaiku, bukankah itu adil? Walaupun pada akhirnya ada salah satu pihak yang tersakiti, tapi aku yakin dengan berjalannya waktu mungkin semua bisa dilalui.
"Ilham... Kuharap kau membaca pesan terakhirku ini. Aku tahu, bagimu aku mungkin bukan siapa-siapa, tapi bagiku kamu adalah segalanya. Tapi itu dulu. Sekarang, ada seseorang yang tidak pernah aku mengenalnya, tapi dia jauh lebih berani untuk menjadikanku begian dari hidupnya. Dia orang yang mau menerimaku apa adanya.
Ilham...
Aku memang belum bisa menerima perpisahan ini. Tapi aku sadar, jika kamu tak lagi memiliki rasa cinta untukku, buat apa aku bertahan? Dan aku tidak seegois itu untuk memaksamu tetap mencintaiku.
Aku pamit Ilham...
Jaga dirimu, selamanya kamu akan tetap menjadi kisah cinta pertamaku. Terima kasih untuk semua waktu yang telah kita lalui bersama. Dan jika nanti kita kembali berjumpa, tetaplah menjadi seseorang yang mau menyapaku dengan ramah. Karena bagaimanapun juga kita dipertemukan dalam keadaan yang baik, maka berpisahpun harus secara baik-baik.
Terima kasih Ilham..."
Kinan
Tulisku dalam pesan
***
Aku telah menerima tawaran lamaran dari Faqih, pria yang baru satu kali aku temui. Aku tidak pernah menyangka kalau pertemuan itu menjadi awal dari perjalanan ini.
Semua terjadi begitu saja, cepat sekali. Aku juga tidak tahu kenapa aku mau menerima Faqih terlepas dari patah hati yang aku rasakan saat ini, tapi mungkin inilah takdir, mungkin ini yang dinamakan jodoh.
"Ayah, In syaa Allah Kinan siap menerima lamaran dari Faqih," kataku pada ayah yang sedang duduk sambil membaca koran.
"Alhamdulillah," ibuku menimpali.
"Semoga ini pilihan yang tepat," kataku sambil tersenyum.
"Aamiin Ya Allah," ucap ibuku menangis haru.
***
Hari berlalu begitu saja, aku yang tidak menyadari akan dipersatukan dengan orang yang sama sekali belum pernah aku temui. Tapi justru orang yang kuharapkan tiba-tiba ingin pergi begitu saja, tapi kalau kepergiannya membuatnya bahagia aku tidak bisa memaksa. Akupun akan turut senang jika ia bahagia. Karena mencintai tidak harus memiliki. Selamanya Ilham akan menjadi kisah cinta pertamaku. Kisah yang kini hanya tinggal kenangannya saja.
"Saya terima nikah dan kawinnya Kinan binti Aryo dengan mas kawin tersebut dibayar tunai!" ucap Faqih dengan lantang.
"Bagaimana para saksi? Sah?" tanya Pak Penghulu.
"Saahh!" jawab semua orang bersamaan.
-Tamat-
Ceritanya benar-benar dalam. Masuk ke hati. Aku terisak dan merasa perih membayangkan posisi Kinan.
BalasHapusDilema juga ya buat Kinan. Kadang apa yang kita inginkan, ternyata bukan yang kita butuhkan. Ada beberapa plot yang sepertinya missing ya Kak, jadi menimbulkan pertanyaan buat pembaca di akhir cerita. Semangat Kak
BalasHapusAku bertanya-tanya kenapa ayahnya ingin kinan segera menikah? Sejujurnya kurang setuju dg pernikahan yang terburu-buru. Tapi semoga kinan bahagia sellau
BalasHapusTerkadang memang kalau urusan dengan cinta pertama jadi susah buat move on. Tapi salut buat Kinan, ia tahu keputusan terbaik unruk masa depannya
BalasHapusWah seru banget baca ceritanya. Suka sama pesan yg dikirim buat Ilham. Bagus Kinan gitu dong tegas dan ikhlas, hehe.
BalasHapusMungkin ada beberapa orang yg akan mengira kisah ini dibuat-buat. Tapi bagi saya, kisah ini nyata :) Soalnya saya mengalami sendiri, menunggu seseorang bertahun-tahun, malah kalah dengan orang yang datang ke rumah untuk pertama kalinya dan langsung melamar. Yah, walaupun saya dan dia udah kenal lama, tapi kami gak pernah dekat. Semoga Kinan bahagia ya :D
BalasHapusMaa syaa Allah Kinan versi dunia nyata yah kak 😥
HapusHadeeuh si ilham. Padahal kinan udah berharap, tapi ada penggantinya Faqih wkwk
BalasHapusNice story kak ✨👍
Antara kaya flashback sama nostalgia hahaha. Jadi ngga bisa komentar lagi hehehe
BalasHapusKeren banget kak. Ceritanya relate banget sama real life. Kabanyakan perempuan bersedia menunggu lama untuk laki-laki yang gak cinta lagi hanya karena diri sendiri masih cinta. Ujung2nya malah melewatkan kesempatan bertemu laki-laki yang lebih baik. Semangat terus kaak
BalasHapuswah kirain ilham bakal dateng pas akad, hehe
BalasHapusbukan cuma suka sama ceritanya, suka sama ilustrasinya juga.. next boleh agak dibanyakin kak ilustrasinya
BalasHapus