Cerbung Fantasi: Kembali Ke Masalalu (Part 7)
![]() |
EDIT BY CANVA |
Part 7 Detik-Detik Sebelum Peristiwa Dimulai
Mayra dan Aska mendatangi berbagai tempat yang diperkirakan menjadi tempat hilangnya jam ajaib. Pada akhirnya mereka tidak menemukan apapun selain mendapat rasa lelah dan kehausan. Jalanan semakin ramai akan kendaraan. Mayra yang semangatnya tersisa beberapa persen saja langsung mengeluh dan ingin pulang. Sementara Aska yang sebelumnya sangat bersemangat mendadak ikut berputus asa. Mereka memutuskan untuk pergi ke rumah ayah Mayra.
"Dia ayahku," kata Mayra sambil mengamati dan menunjuk ke arah ayahnya dari balik pintu pagar rumah.
"Lalu anak kecil itu pasti kamu?"
"Iya. Dia lucu kan?" tanya Mayra.
"Aku-akui dia lucu tapi itu dia ya, bukan kamu," jawab Aska penuh penekanan mencoba menjaga kalimatnya agar Mayra tidak salah paham.
"Dih lagian siapa yang ngarepin pujian dari kamu!" keluh Mayra dan langsung melangkah masuk ke halaman rumah, diikuti Aska dari belakang.
Melihat kedatangan Mayra, Mayra kecil langsung bersorak. Papa Mayra ikut merasa senang ketika anaknya senang.
"Horeee, ada kakak cantik!" seru Mayra kecil sambil berlari menghampiri Mayra.
"Hai Tuan Putri," sapa Mayra ramah. Aska tersenyum kecil melihat adegan konyol antara Mayra dengan dirinya sendiri. Mayra yang meihat Aska tersenyum langsung menyadarinya dan berdehem keras, kode agar Aska berhenti menertawakan dirinya.
"Sore, Om. Saya datang kesini mau main sama Mayra, Om. Kebetulan saya juga bawa teman saya, namanya Aska."
"Aska, Om."
"Papa Mayra," kata Papa Mayra, sekilas Aska kembali tersenyum.
"Om senang kamu datang kesini. Mayra selalu teringat sama kamu, dia juga selalu menanyakan kapan kamu akan datang menemuinya," lanjut Papa Mayra.
"Benar begitu Tuan Putri?" tanya Mayra sambil berjongkok mensejajarkan posisinya dengan Mayra kecil.
"Iya," sahut Mayra kecil sambil tersenyum.
Mayra bermain dengan dirinya sendiri sedangkan Aska masih sibuk menertawakan tingkah Mayra yang asyik bermain dengan dirinya sendiri. Kalau dipikir Mayra terlihat cukup cantik saat dia tertawa, Aska mulai menyadari itu.
"Jam ayah!" seru Aska ia langsung tertegun saat melihat jam ayahnya tergeletak di antara mainan milik Mayra. Papa Mayra langsung mengambil jam itu dengan cepat.
"Om, kembalikan itu jam ayah saya!" perintah Aska, Papa Mayra berusaha menutupi jam itu dari Aska.
"Ada apa ribut-ribut?" tanya Mayra, ia langsung menghampiri Aska saat mendengar kegaduhan sementara Mayra kecil masih asyik dengan bonekanya.
"Itu jam ayahku Ra! Papa kamu, maksudku Om itu yang mengambil jam ayahku!" teriak Aska histeris ingin segera mengambil jam milik ayahnya.
"Kamu mungkin salah Aska. Masa Papa Mayra yang mengambil jam ayah kamu."
"Bener, Ra. Itu jamnya!"
"Sebenarnya bukan Om tidak mau percaya tapi jam ini bukan jam biasa, kalian nggak boleh sentuh jam ini!" bentak Papa Mayra. Mayra tidak percaya kalau Papanya akan berani membentaknya seperti itu.
"Maaf, Om. Tapi itu milik ayah Aska."
"Jadi, dia ayah kamu?"
"Dia siapa maksud Om?"
"Sudah jangan dibahas, pokoknya Om nggak akan menyerahkan jam ini ke kalian berdua!"
"Kalau Om nggak kasih jam itu, kita yang akan dapat masalahnya!" seru Aska.
"Kalian nggak ngerti! Jam ini nggak bisa sembarangan dipegang sama orang, Om lupa tadinya jam ini sudah diamankan tapi kenapa Mayra malah mengambilnya," tukas Papa Mayra sambil menyembunyikan jam tangan itu dibalik kedua genggaman tangannya.
"Om, saya sudah tau kalau jam itu jam ajaib. Jadi itu nggak aneh buat saya! Kalau Om tidak mau menyerahkan jam itu, terpaksa saya akan laporkan ayah saya, kalau Om yang mencurinya!" bentak Aska, ia sudah lelah terkena amarah ayahnya dan sekarang jam itu sudah ada di depan matanya tapi Papa Mayra justru menambah masalah baginya.
"Aska!" bentak Mayra. Mayra kecil yang mendengar bentakan Mayra langsung menghampiri dan merasa ketakutan.
"Ra, kamu dengar sendiri apa yang ayahku bilang. Kita harus dapatkan jam itu hari ini!"
"Aku tau! Tapi kamu nggak boleh membentak ayah Mayra seperti itu!"
"Oke! Aku minta maaf!"
"Papa, Mayra takut," ucap Mayra memeluk kaki ayahnya.
"Dek, kamu harus mengerti. Maksud Om bukan untuk mencuri jam ini. Tapi siapa pemilik dari jam ini bukan orang baik, Om khawatir kalian akan mendapat masalah," ujar Papa Mayra meyakinkan.
"Saya percaya Om. Kalau begitu gimana cara Om jaga jam ini?"
Aska tersentak mendengar perkataan Mayra, ia tidak menduga kalau Mayra justru akan mengabaikan keselamatannya kali ini.
"Ra!"
"Aska! Aku tau siapa Om ini, dia bukan orang jahat pasti ada alasan dibalik alasannya melarang kita menyerahkan jam itu ke tangan ayahmu!" jelas Mayra mencoba menenangkan Aska.
"Kamu nggak ngerti Ra. Kalau begitu apa yang akan kita jelaskan sama ayahku setelah ini?"
"Om akan menyerahkan jam tangan ini ke polisi!" seru Papa Mayra, sontak Aska terkejut dan tersulut emosi.
"Om! Apa maksud Om? Ayah saya nggak melakukan tindak kejahatan! Jam itu milik ayah saya bukan hasil mencuri!"
"Kamu nggak ngerti Aska," kata Papa Mayra.
"Om, coba jelaskan apa yang Om lihat dari jam ini. Om jujur sama kita supaya kita bisa bantu Om," ucap Mayra memohon.
"Om nggak ingin kalian mendapat masalah. Tapi, kalau kalian memaksa untuk menyerahkan jam ini lebih baik Om katakan sekarang,"
"Ya Om, katakan saja!" pinta Mayra.
"Kemarin, Om menemukan jam ini tergeletak di halte bis. Om berniat untuk menyerahkannya ke penjaga halte untuk mengembalikan pada pemiliknya. Tapi, setelah Om menyentuh jam ini, Om seperti sedang melintasi ruang dan waktu, tiba-tiba gambaran tentang banyak kejadian nggak mengenakan itu ditampilkan pada Om layaknya tontonan bioskop. Om masih nggak percaya kalau itu nyata. Om melihat pemilik jam ini melakukan banyak pembunuhan dan jasadnya ia masukkan ke dalam ruang bawah tanah, tapi Om nggak tau dimana tempatnya. Om juga nggak tau alasan kenapa orang itu melakukan banyak pembunuhan, tapi Om cukup menyadari kalau jam ini digunakan untuk memantau semua target yang akan dibunuh, karena dari jam ini kamu akan dengan mudah untuk kembali ke masa lalu dan masa depan dengan mudah," jelas Papa Mayra panjang lebar. Mata Mayra terbelalak tidak percaya, sementara Aska mulai meneteskan air mata, rupanya itu alasan kenapa ayahnya berubah.
0 Response to "Cerbung Fantasi: Kembali Ke Masalalu (Part 7)"
Posting Komentar