Cerbung Fantasi: Kembali Ke Masalalu (Part 6)

Edit by: Canva


Part 6 Sebenarnya Siapa Ayah Aska? 


Ayah Aska menatap Mayra tajam, ia masih berdiri mematung di lantai atas. Aska sembari mengumpulkan segala keberanian mencoba untuk terus mengamankan Mayra di sisinya.

"Siapa dia?" tanya ayah Aska penuh selidik sambil menuruni anak tangga satu per-satu. Jalannya sangat santai dan sangat mendalami peran seolah dia adalah detektif yang sedang mengintrogasi pelaku.

"Teman Aska, Yah," jawab Aska sambil terus menggenggam erat tangan Mayra.

"Sejak kapan kamu punya teman?"

"Belum lama, Yah."

"Kamu nggak punya teman laki-laki?"

"Punya, Yah."

"Ada perlu apa dia datang kesini?" cerca ayah Aska sambil terus menatap Mayra yang meringkuh ketakutan. 

"Keluarga Mayra sedang pergi keluar kota, Yah. Jadi, Aska izinin Mayra tinggal sementara disini."

"Memangnya ini hotel? Kos-kosan? Atau kontrakan?"

"Yah, Aska mohon izinin Mayra tinggal disini sebagai gantinya nanti Mayra ikut bantu Aska cari jam ayah yang hilang," bujuk Aska dengan mata berkaca-kaca, Mayra merasa tersentuh dengan ketulusan Aska yang ingin menolongnya.

"Jam nya belum ketemu?"

"Maaf, Yah. Aska nggak tau dimana jam itu hilang, jadi Aska cuma menebak-nebak kemungkin jam itu akan jatuh dimana," jawab Aska sendu. 

"Ayah nggak mau tau, besok jam itu harus ketemu!" perintah ayah Aska sebelum melangkah pergi.

"Huuuft," Mayra bernapas lega sambil melepaskan genggaman tangan Aska.

"Ayah kamu horor banget ya. Aku salut kamu masih bertahan jadi anaknya," kata Mayra.

"Ayahku dulunya nggak begitu, ia mendadak berubah setelah ibuku meninggal."

"Ibuku juga sudah meninggal, tepat setelah dia melahirkanku ke dunia. Tapi aku beruntung karena ayahku bisa menggantikan sosok seorang ibu juga. Jadi, bagiku dia adalah ayah sekaligus menjadi ibu buatku."

"Sepertinya kisah hidup kita nggak jauh berbeda. Sama-sama ditinggal seorang ibu, hanya saja ayahku sedikit berbeda," keluh Aska.

***

Mayra melamun menatap Aska yang berada di ranjang bawah. Mereka tidur dalam satu kamar tapi dengan ranjang yang berbeda. Rumah ini cukup besar tapi Aska hanya tinggal bersama ayahnya,  lalu kenapa ranjang kamar Aska ada dua tingkat? Rumah yang begitu besar, unik dan sangat modern pada jaman ini seharusnya ditinggali oleh keluarga yang cukup harmonis, tapi Aska sepertinya tidak begitu. Ayahnya dan dia selalu bersitegang, bahkan hanya karena masalah jam tangan yang terlihat begitu sepele. Mayra menggelengkan kepalanya merasa tidak bisa memahami semua ini. 

"Woy, Aska!" panggil Mayra dari atas ranjang tingkat, mendelik Aska yang berada di bawah ranjangnya.

"Apa?" tanya Aska sambil memainkan pulpen di jari tangannya.

"Kamu lagi apa?"

"Aku lagi buat peta."

"Peta apa?"

"Peta buat tau lokasi kejadian jam ayah yang hilang,"

"Oh." kata Mayra singkat. "Sebenarnya aku ingin tau banyak hal tentang kamu dan ayah kamu. Tapi kalau kamunya mau cerita," lanjut Mayra sambil mengayun-ayunkan kakinya di atas ranjang.

"Aku juga nggak tau kenapa hidupku jadi seperti ini, aku kehilangan sosok ayah sekaligus ibu. Dulu, ayahku tidak semisterius sekarang. Tapi sejak ayah punya jam ajaib itu, dia jadi aneh, mendadak sering keluar rumah saat malam. Ketika pulang ke rumah bajunya juga tidak rapih seperti saat berangkat, kadang aku juga sesekali pernah melihat ayahku seperti orang yang sangat ketakutan. Saking takutnya setiap masuk rumah ia selalu mengunci pintu terburu-buru, bahkan di dahinya sering peluh karena keringat."

Mayra turun dari ranjangnya, mencoba duduk di kursi belajar Aska untuk mendengar penuturan Aska. Cerita Aska cukup menarik dirinya.

"Dulu, ayahku orang yang sangat penyayang. Tapi, sekarang ayahku orang yang sangat jarang memperhatikanku sebagai anaknya. Aku benar-benar merasa hidup sendirian sekarang," kata Aska sendu. Mayra menatap Aska dengan iba, menurutnya Aska adalah dirinya di masa depan. Tinggal tanpa seorang ayah ataupun ibu, tapi ia beruntung karena masih memiliki seorang nenek, sedangkan Aska tidak.

"Jangan sedih! Kamu masih punya aku dan juga ayahku. Besok aku akan ajak kamu ketemu ayahku dan Mayra kecil," kata Mayra terkekeh pelan. Aska tersenyum sekilas ke arah Mayra, merasa sedikit mendapatkan simpati dari seseorang rasanya cukup melegakan bagi Aska.

"Jadi, setelah aku kembali ke masa depan kamu bisa anggap ayahku, ayahmu juga," lanjut Mayra antusias. Tapi tiba-tiba wajahnya murung teringat sesuatu, Aska menyadari perubahan raut wajah Mayra.

"Kenapa?" tanya Aska. 

"Kalau aku nggak salah, beberapa minggu setelah ini ayahku tiba-tiba menghilang. Dan tiga bulan setelahnya ayahku dinyatakan meninggal," tukas Mayra sambil berusaha tegar.

"Itu artinya, misi kamu untuk mencari tau kematian ayahmu semakin dekat. Kamu harus bersiap-siap beberapa hari ini, untuk terus memantau ayahmu sampai pada hari kejadian ayahmu menghilang."

"Kamu benar!" seru Mayra terperanjat dari kursi. "Aku harus mulai memantau ayahku mulai besok!"

"Eh kita harus cari jam ayahku dulu!"

"Oh iya aku lupa," kata Mayra sambil nyengir kuda.

"Ya udah sana tidur! Jangan ngintip aku tidur! Awas aja kalo ketauan!"

"Hih dasar! Lagian rumah segede ini masa nggak ada kamar tamu?"

"Ada, tapi ayahku ngelarang aku buat keliling rumah ini, duniaku ya cukup di kamar ini."

"Oh. Aku mau tidurlah udah dulu ya," ucap Mayra ranjang tidur langsung bergoyang pelan saat Mayra merebahkan tubuhnya ke atas kasur.

"Oke, selamat tidur," gumam Aska karena menyadari Mayra sudah tertidur pasti ia tidak akan merespon perkataannya lagi.


Bersambung... 

.

Terima kasih^_^


Subscribe to receive free email updates:

0 Response to "Cerbung Fantasi: Kembali Ke Masalalu (Part 6)"

Posting Komentar