Kapan Aku Bahagia?
![]() |
Edit by: canva |
Kapan aku bahagia adalah pertanyaan yang mungkin terlintas dalam diri banyak orang terkhusus mereka yang saat ini sedang dirundung masalah dan kesedihan, penderitaan dan ujian datang silih berganti yang tanpa sadar kita belum memaknai semua itu sebagai bentuk kasih sayang Allah pada seorang hamba. Mengeluh, kata yang selalu terucap, sambil meratap kenapa hidupku tidak seperti dia? Kenapa jalan hidupku harus seperti ini? Kenapa dia selalu bahagia sedangkan aku tidak?
Setiap orang punya makna bahagia masing-masing. Entah bahagia karena banyak harta, bahagia karena cita-cita yang sudah tercapai, bahagia karena pekerjaan dan karir menunjang, bahagia karena terlahir dari seorang keluarga yang tajir melintir sampai tuju turunan, dan masih banyak lagi.
Menurut KBBI sendiri kata bahagia memiliki makna yaitu keadaan atau perasaan senang dan tenteram (bebas dari segala yang menyusahkan). Sedangkan, kebahagiaan adalah kesenangan dan ketenteraman hidup (lahir batin), keberuntungan, kemujuran yang bersifat lahir batin.
Beberapa hal sederhana yang bisa membuat kita bahagia kadang sering terlupakan, seperti kesehatan, keluarga, pekerjaan, fisik yang normal dan masih banyak hal kecil lain yang bisa membuatmu bahagia. Dan pertanyaan "Kapan aku bahagia?" seharusnya lebih tepat diganti dengan "Kenapa aku tidak bersyukur?".
Masih ingat kisah Naja, seorang hafidz cilik yang kakinya dicium oleh Almarhum Syeikh Ali Jaber dalam acara di salah satu statiun TV swasta? Bahkan dengan segala keterbatasannya, ia menjadi seseorang yang begitu menginspirasi banyak orang. Atau kisah Azzam seorang anak yang terlahir tanpa kelopak mata dan tidak bisa melihat ketika ditanya "Apakah kamu pernah berdoa agar bisa melihat?", dia menjawab "Tidak", dia senang dengan tidak melihat dia tidak melakukan dosa dari matanya. Sedangkan kita? Dengan fisik yang sempurna, tapi masih saja mengeluh, mengeluh ingin bahagia, mengeluh capek, mengeluh kenapa hidup begini-begini saja. Dan saya pribadi pun termasuk dari orang yang lebih banyak mengeluhnya daripada bersyukur.
"Dan (ingatlah) ketika Tuhanmu memaklumkan, 'Sesungguhnya jika kamu bersyukur, niscaya Aku akan menambah (nikmat) kepadamu, tetapi jika kamu mengingkari (nikmat-Ku), maka pasti azab-Ku sangat berat'."(QS. Ibrahim 14: Ayat 7)
Seandainya bersyukur itu mudah dilakukan mungkin semua orang akan menjadi orang yang hidupnya selalu dalam limpahan nikmat, tidak akan ada lagi yang mengeluh hidup susah, tidak akan ada lagi perbandingan hidup dengan kehidupan orang lain.
Beberapa alasan klasik mungkin menjadi pemicu kenapa kita tidak bahagia seperti pada artikel yang saya dapat yang berjudul "Penyebab dirimu sulit bahagia dan tak pernah puas dalam hidup" https://www.fimela.com/amp/5143473/5-penyebab-dirimu-sulit-bahagia-dan-tak-pernah-puas-dalam-hidup
Dari artikel ini benar-benar membuat saya sadar bahwa saya adalah orang yang sulit bahagia karena kebodohan diri saya sendiri, karena belum bisa menerima realita hidup saat ini. Apa yang terjadi hari ini bagaimanapun keadaannya susah ataupun senang itu adalah realita yang seharusnya untuk selalu diterima bahwa itu adalah takdirnya, dan tidak akan sama dengan takdir orang lain. Pencapaian saat ini adalah hasil dari apa yang kita tanam kemarin. Kalau hari ini masih banyak mengeluh jangan berharap besok bisa bahagia karena kebahagiaan tidak datang begitu saja, tapi kamu yang harus menjemputnya. Karena bahagia berasal dari hati yang ridho pada segala ketetapan yang Allah berikan. Tidak apa-apa berlomba mengumpulkan harta agar menjadi kaya, atau berlomba-lomba untuk meraih kesuksesan agar bisa mewujudkan cita-cita agar kelak bisa bahagia. Tapi ingat bahwa tidak sepantasnya kita membandingkan hidup kita dengan orang lain. Tidak sepantasnya kita rela berlomba-lomba untuk kehidupan duniawi sampai lupa dengan akhirat. Dan tidak sepatutnya kita mengeluh kapan bisa bahagia. Jadi ganti pertanyaan kapan aku bahagia dengan kenapa aku tidak bersyukur. Bukankah dengan bersyukur Allah akan tambahkan nikmatnya untuk kita? Dan jika kita tidak bahagia hanya karena kekurangan harta ingat ini:
“Kaya (yang sebenarnya) bukan dengan banyaknya harta, tapi kaya yang sebenarnya adalah kaya hati.” (HR. Muttafaq Alaih)
.
.
Terima kasih^_^
Kerennn kak
BalasHapusAlhamdulillah Terima kasih kak... 🙏
Hapus