Cerbung: Kekasih Pilihan (Part 4)
![]() |
Edit by: canva |
Waktu terus berlalu, ujian nasional bagi kelas 12 sudah diselenggarakan kini hanya tinggal menunggu pengumuman kelulusan sambil menikmati acara perlepasan di sebuah hotel di kota. Aku melihat Ari sibuk berbincang dengan Sekar di sampingnya, Fatur, Irham dan Arman mereka semua duduk dengan pasangan masing-masing sedangkan aku hanya mampu menatap sendu Ari yang terlihat sangat bahagia. Dari jauh aku terus menatap mereka berdua, mereka pasangan serasi yang sangat diidolakan banyak murid di sekolah. Sama-sama pintar, Ari tampan dan Sekar yang cantik mereka seperti couple yang tidak ada kurangnya sama sekali.
"Selamat ya Nad, menjadi terbaik pertama dari satu angkatan, kamu keren!" kata seorang siswa yang mendapat terbaik kedua, aku tidak begitu mengenalnya jadi aku hanya mengangguk pelan sambil tersenyum.
"Kamu jadi mau mengambil beasiswa di UNPAD?" tanyanya lagi, aku melihat ke arahnya kenapa ia bisa tahu?
"Sepertinya iya," jawabku singkat.
"Wah nanti kita barengan. Sebelumnya aku perkenalkan diri dulu," katanya sambil menaruh beberapa piagam dan medali di kursi sampingku yang kosong. "Perkenalkan namaku Azzam Fikri Maulana dari jurusan Tehnik Informatika senang berkenalan denganmu," lanjutnya dengan ramah. Belum sempat aku menjawab tiba-tiba suara seseorang mengejutkanku.
"Wah wah, jadi dia pacar kamu Nad?" kata Ari mengejutkanku, siswa yang bernama Azzam itu langsung menoleh ke arah Ari.
"Bukan!" jawabku dengan cepat sambil melangkah pergi keluar, rasanya aku sudah tidak tahan lagi melihat keluguan Ari yang tidak pernah peka dengan perasaanku atau aku yang terlalu setia untuk terus berharap pada Ari yang kini sudah bahagia dengan orang lain.
***
Tahun demi tahun berlalu begitu saja, kini aku sudah menjadi mahasiswi tingkat akhir di UNPAD dengan jurusan Psikologi. Meski sudah bertahun-tahun tapi komunikasiku dengan Arman, Fatur dan Irham masih terus berlanjut tapi tidak dengan Ari aku sudah kehilangan kontak dengannya sejak acara kelulusan waktu di SMA. Aku tidak tahu apa kesibukan Ari sekarang, dimana ia melanjutkan pendidikan, apa dia masih berhubungan dengan Sekar, aku sudah tidak peduli, tapi tetap saja Ari adalah cinta pertama yang terlalu menyakitkan untuk kembali aku ingat, ia juga menjadi alasan kenapa aku tidak pernah berani memulai hubungan. Luka yang Ari beri sudah cukup untuk menghancurkan hati yang besarnya tidak seberapa. Luka yang Ari beri sudah cukup untuk menghancurkan setiap tawa dalam hidupku, karena dia tawaku menghilang, karena dia aku kehilangan kepercayaan soal cinta.
Libur semester hampir tersisa beberapa minggu, hari ini aku berada di rumah sambil bersantai. Ingin keluar sekadar jalan-jalan tapi sudah lama berada di perantauan aku jadi lupa dengan kota sendiri.
"Nadyaaa," panggil mamaku lembut dari ruang tamu. Aku langsung keluar untuk menemuinya di ruang tamu.
"Kenapa Ma?" tanyaku.
"Papa mau bicara sesuatu kamu duduk dulu disini," pinta mamaku.
"Mau bicara tentang apa Pa?" tanyaku sambil duduk di kursi.
"Kamu kan sudah semester terakhir, kebetulan ada teman Papa yang anaknya mau menikah, jadi rencananya Papa mau jodohkan kamu sama anak teman Papa," jelas Papaku.
"Kok gitu sih Pa? Sekarang sudah tidak jaman loh perjodohan," tolakku dengan tegas.
"Papa tau, tapi Papa sudah terlanjur menerima tawaran perjodohan itu Papa tidak enak menolaknya,"
"Pa Nadya tidak mau dijodohkan! Kasih Nadya waktu buat buka hati," kataku tidak disangka setetes air bening meluncur bebas ke pipiku. Tiba-tiba bayangan wajah Ari mengisi kepalaku. Aku langsung berlari ke arah kamar dan tidak tahan lagi menahan tangis. Sementara mamaku terus berusaha membujukku, mamaku tahu kalau aku masih belum bisa melupakan Ari.
"Nad, mau sampai kapan kamu terus bertahan? Toh Ari juga sudah bahagia dengan orang lain. Kamu tidak pantas menangisi orang yang tidak mencintai kamu, kamu berhak untuk dicintai orang lain yang mencintai kamu, kamu anak mama satu-satunya mama tidak mau kamu terus-terusan murung cuma gara-gara Ari," kata mamaku di luar pintu kamar. "Kamu juga tidak tau kan sekarang Ari ada dimana, dengan siapa, kesibukannya apa atau mungkin bisa saja dia sudah menikah," lanjut mamaku lagi. Tangisku semakin pecah saat mendengar kata menikah, karena kami berlima pernah berjanji untuk mengundang saat masing-masing dari kami menikah nanti.
"Tidak mungkin Ma, kalau Ari menikah dia akan mengundang Nadya Ma," kataku sambil terisak tangis. Aku terus menangis sampai terlelap tidur.
Hari esoknya, aku tidak ingin lagi mengungkit soal perjodohan aku keluar rumah untuk sekadar berjalan-jalan di sekitar kota sambil mengingat-ingat kisahku dulu saat masa SMA yang selalu pergi jalan-jalan bersama mereka berlima. Rindu, hanya itu yang bisa aku gambarkan. Aku berhenti di sebuah caffe dekat toko buku yang pernah aku kunjungi dengan Ari. Sembari menikmati pemandangan jalanan kota aku menyeruput vanila latte yang sudah tersaji di meja. Mataku memandang sebuah toko buku di seberang jalan, kembali ku ingat bagaimana Ari membujukku untuk pergi ke bioskop, beberapa tempat memang tidak berubah, usiaku saja yang semakin bertambah. Di tengah lamunanku, seseorang tiba-tiba datang menyapa.
Bersambung...
.
Terima kasih ^_^
0 Response to "Cerbung: Kekasih Pilihan (Part 4)"
Posting Komentar