Cerbung Fantasi: Kembali Ke Masalalu (Part 3)
Part 3 Terjebak Di Ruang Masalalu
Mayra pulang ke rumah dengan senyum sumringah di wajahnya. Ia masih terbayang sosok William Alaska yang baru saja ia temui. Pria itu cukup menarik perhatian Mayra karena ia mengira bahwa William Alaska adalah pemilik rumah tua itu. Tapi raut wajah Mayra mendadak berubah, ia sadar kalau baginya ini hanyalah mimpi.
"Tapi kok rumahku seperti berbeda? Ini rumahku bukan?" tanya Mayra pada dirinya sendiri, sambil mengamati tampilan rumahnya dari halaman.
"Suasana ini sepertinya tidak asing," gumam Mayra sambil mencoba melangkah memasuki teras rumah. Tiba-tiba, seorang anak kecil berambut panjang berwarna hitam pekat keluar dari rumah sambil berlari dan berteriak, hampir saja menabrak tubuh Mayra.
"Tolong!!! Papa jadi harimau," teriak anak kecil itu berlarian ke halaman. Mayra melihat anak kecil itu sampai tak berkedip, ia seolah seperti sedang melihat hantu, mulutnya melongo dan matanya membulat sempurna.
"Dia kan aku?" pekik Mayra pada dirinya sendiri. Kemudian seorang pria keluar dari rumah mengejar anak kecil itu, rupanya pria itu sedang bermain dengan anaknya.
"Loh Adek ini mau cari siapa?" kata pria itu ketika melihat sosok Mayra berdiri mematung di teras rumahnya.
Mayra menoleh ke sumber suara, tiba-tiba air bening meluncur bebas dari pipinya, mata dan hidungnya langsung memerah menahan isak tangis yang tak terelakkan. Dengan sigap Mayra merengkuh pria itu dan memeluknya dengan erat.
"Papaaa!!!" kata Mayra sambil sesenggukan. Pria itu merasa kebingungan akhirnya melepaskan pelukan Mayra, anak kecil tadi juga ikut menghampiri melihat sosok ayahnya akan direbut ia merasa takut.
"Maaf Dek, saya nggak kenal Adek ini siapa?" tanya pria itu.
"Kakak jangan ambil Papa Aku!" bentak anak kecil itu.
"May nggak boleh bentak orang," ucap pria itu. Mayra semakin merasa haru, pria itu benar ayahnya dan anak kecil itu adalah Mayra saat usianya masih lima tahun, dan beberapa bulan setelah peristiwa ini kejadian tragis itu menimpa ayahnya. Mayra terpaku dan tidak percaya, ia kembali ke masa ayahnya masih hidup.
Mayra mendekati anak kecil itu (Mayra kecil) dengan perlahan mencoba mengambil hatinya.
"Adek ini namanya siapa? Cantik sekali dan rambutnya juga bagus, hitam dan panjang," puji Mayra pada dirinya sendiri yang masih kecil. Tapi Mayra bersikap seolah ia memang sedang berhadapan dengan anak kecil yang polos dan lugu.
"Namaku Mayra kak," jawab Mayra kecil malu-malu sambil bersembunyi di belakang kaki Papa.
"Nama kita sama dong, kenalkan nama kakak Mayra," sapa Mayra sambil mengulurkan tangan mencoba berjabat tangan.
"Nama kakak Mayra juga?" tanya Mayra kecil dengan polosnya. Mayra tersenyum sekaligus terharu.
"Kakak boleh kan panggil kamu Tuan Putri? Biar nggak bingung, hehe," kata Mayra sambil terkekeh.
"Boleh Kak," seru Mayra kecil. Papa yang melihat keakraban kami hanya tersenyum.
"Adek ini mau cari siapa sebenarnya?" tanya Papa menimpali.
"Emmmmm, begini Pah, eh Om maksudnya. Saya kebetulan baru datang ke tempat ini dan nggak kenal siapapun, nggak punya keluarga juga. Saya boleh numpang tinggal disini nggak Om?" tanya Mayra, melihat situasi yang seperti bukan mimpi, Mayra hanya bisa mengikuti jalan ceritanya. Kalau bukan tinggal di rumahnya sendiri ia akan tinggal dimana?
"Kasian banget, padahal keliatannya Adek Mayra masih anak sekolah kan?" tanya Papa Mayra.
"Iya Om, kebetulan saya lagi liburan sekolah,"
"Bukannya Om nggak mengizinkan, sepertinya Adek bisa cari tempat lain saja,"
"Pah, kasian Kak Mayra nanti mau tinggal dimana?" keluh Mayra kecil.
"May, Papa nggak tau kakak ini orang baik atau bukan, Papa nggak bisa asal menerima orang begitu aja, nanti kalau ada apa-apa bagaimana?" jelas Papa berbisik pada Mayra kecil, yang masih bisa didengar Mayra.
"Baik Om, terima kasih sebelumnya. Tapi kalau saya sering kesini buat ajak main Tuan Putri boleh?" tanya Mayra tertuju pada Mayra kecil yang tersipu malu saat dipanggil tuan putri.
"Boleh Dek,"
"Kak Mayra sering main kesini ya," pinta Mayra kecil.
"Oke Tuan Putri," kata Mayra sebelum berlalu pergi.
***
Mayra melangkahkan kakinya tak tentu arah. Berharap ia segera bangun dari mimpi, tapi ternyata sampai detik ini ia belum juga terbangun membuat Mayra kesal dan mengomel sendiri, orang-orang yang lewat melihat Mayra seperti orang aneh yang mendadak gila.
"Sebenarnya aku dimana?" kata Mayra sambil mengacak kerudungnya yang sudah tidak karuan. Kakinya menendang batu kerikil sampai terlempar jauh ke depan. Suara seseorang yang kesakitan tiba-tiba terdengar.
"Awww!" ucap seseorang di balik semak-semak di samping halte.
"Eh siapa itu?" tanya Mayra mencari sumber suara.
"Saya!" katanya sambil menunjukkan diri.
"Aska?" tanya Mayra memastikan padahal sebetulnya ia masih mengingatnya dengan jelas hanya berpura-pura.
"Kamu ngikutin saya?" tanya Aska.
"Nggak! Saya datang dari sana, tiba-tiba ada kamu di semak-semak, kamu cari apa?" tanya Mayra sambil ikut melihat ke dalam semak-semak.
"Cari jam tangan," jawab Aska sambil berjalan ke arah kursi tunggu halte.
"Oh yang kamu disuruh sama bapak-bapak tadi ya?"
"Dia Ayahku,"
"Oh, tapi kok galak banget ya sama anaknya,"
"Itu karena aku bikin jam Ayah hilang, sekarang aku nggak tau mau cari kemana lagi," keluh Aska, wajahnya sudah mulai pucat pasi antara lelah dan khawatir.
"Oh begitu,"
"Kamu keliatannya orang baik, bantu saya cari jam tangannya ya," bujuk Aska.
"Eh kok gitu? Kamu nggak kenal sama saya tapi udah berani nyuruh?"
"Aku bingung mau cari bantuan siapa, jadi nggak papa kan minta bantuan kamu?"
"Sebenarnya boleh aja sih, tapi dengan satu syarat!"
"Apa aja nanti aku kasih asal jam Ayah bisa ketemu,"
"Aku butuh tempat tinggal," kata Mayra.
"Kamu nggak punya rumah?"
"Sebenarnya aku punya rumah tapi itu di dunia aku yang nyata, kalau disini aku nggak dianggap bahkan oleh ayahku sendiri," kata Mayra sendu.
"Maksud kamu? Eh kamu sehat kan bukan orang gila?" tanya Aska dengan nada bicara yang mendadak kaget mendengar penuturan Mayra.
"Aku sehat!"
"Oh syukurlah, tapi maksud perkataan kamu tadi itu apa?"
"Kalaupun diceritakan itu panjang banget, jadi harus butuh tempat dan waktu yang pas, sekarang lebih baik kita cari jam tangan ayahmu dulu,"
"Bener juga! Ayok cari sampai ketemu nanti aku kasih kamu tempat tinggal!"
"Semoga aja ketemu," gumam Mayra.
Bersambung...
.
Terima kasih ^_^
0 Response to "Cerbung Fantasi: Kembali Ke Masalalu (Part 3)"
Posting Komentar