Cerbung Fantasi: Kembali Ke Masalalu

Sebuah misteri untuk mengungkap kisah di balik pintu rumah tua... 

Edit by: Canva


Jendela rumah Mayra tiba-tiba terbuka, angin yang begitu kencang ikut menerbangkan lembaran-lembaran kertas bertuliskan puisi milik Mayra. Mayra panik melihat semua kertasnya ikut terbang keluar jendela. Ia melihat keluar jendela kamar, kertas itu terbang tak tentu arah, Mayra semakin panik.

"Kertasku!!!" teriak Mayra di balik jendela, melihat semua kertasnya terbang ia tidak bisa berbuat apa-apa. Kertasnya terbang bagaikan pesawat yang sedang lepas landas menuju angkasa.

Mayra hanya bisa pasrah. Ia berusaha menyelamatkan beberapa kertas yang tersisa. Wajah Mayra muram dan tak bersemangat, karena kertas-kertas itu adalah tulisan berharga milik Mayra.

Hari ini cuaca sedang dalam keadaan tidak baik. Angin berhembus kencang, dedaunan berguguran ikut terbawa angin. Pohon-pohon ikut bergoyang seakan mengikuti irama angin yang menerpa. Awan berarak mengikuti hilir angin. Meski langit begitu cerah, tapi suasana begitu mencekam. Terpaan angin yang begitu kencang membuat semua orang merasa ketakutan.

"May mau kemana?!" tanya seorang wanita paruh baya pada Mayra yang berjalan keluar dengan tergesa-gesa.

"Mayra mau pergi keluar sebentar Nek," kata Mayra tanpa mempedulikan mendapat persetujuan atau tidak.

"May, jangan keluar cuaca lagi nggak baik!" perintahnya lagi.

"Nek, Mayra nggak akan lama kok, cuma 30 menit, nanti Mayra balik lagi," ucap Mayra sambil berusaha meyakinkan neneknya itu. Nenek adalah satu-satunya keluarga yang Mayra miliki. Dilihatnya wajah nenek seperti ada perasaan khawatir, tapi Mayra terus berusaha meyakinkan neneknya agar mengizinkannya pergi.

Setelah berhasil membujuk neneknya, Mayra pergi ke sebuah halte bus di persimpangan jalan raya. Tapi ia merasa seperti ada yang mengikuti. Seorang pria berbaju hitam dengan mengenakan jaket tebal yang menutupi wajahnya, hampir tak terlihat. Mayra semakin mempercepat langkahnya, ia merasa takut, berharap segera datang bala bantuan untuk menolongnya, tapi dengan cuaca yang seperti ini tidak akan mungkin ada orang yang berani keluar rumah seperti dirinya.

Mayra melirik sekilas, berusaha mengetahui siapa orang yang sedang mengikutinya itu. Tapi orang itu bersembunyi dengan cepat di balik pohon. Mayra semakin yakin kalau orang itu sedang mengikutinya. Mayra berlari menyebrangi jalan raya. Ia melihat seorang kakek tua yang sedang berdiri di sebuah rumah tua, mungkin ia adalah pemiliknya. Mayra merasa senang karena ia merasa aman.

"Kakek, saya boleh minta tolong? Ada seseorang berbaju hitam yang sedang mengikuti saya. Saya merasa ketakutan, boleh nggak kalau saya masuk ke rumah kakek sebentar?" tanya Mayra dengan sopan dengan nafas yang masih terengah-engah.

Kakek itu melirik ke arah Mayra. Auranya dingin, wajahnya putih dan dengan tatapan yang kosong kakek itu menganggukan kepala. Mayra tidak memedulikan apapun, selain untuk menyelamatkan dirinya. Mayra langsung masuk ke dalam rumah. Di bukanya pintu rumah itu secara perlahan.

"Kreeekkk," pintu tua terbuka perlahan oleh Mayra. Tapi tiba-tiba Mayra melihat cahaya putih yang sangat menyilaukan mata. Karena silau Mayra memejamkan matanya. Kemudian cahaya itu hilang dengan sendirinya.

Rumah tua itu dalam kondisi sangat rapih semua furniture tertata dengan baik, khas gaya rumah eropa yang unik dan klasik. Mayra heran karena isi di dalam rumah tidak mencerminkan apa yang ia lihat di luar. Di luar terlihat begitu tua dan sangat kuno tapi begitu masuk ke dalam sangat modern dan indah.

Mayra melihat jam tangannya, terhitung sudah 15 menit ia di dalam rumah itu, sedangkan si kakek pemilik rumah masih berada di luar, ia merasa tidak enak. Sambil memastikan keadaan luar di balik jendela Mayra mengintip sedikit, sepertinya orang aneh itu sudah tidak mengikutinya lagi. Mayra memberanikan diri untuk keluar.

"Makasih ya kakek sudah mau mengizinkan saya masuk ke rumah kakek," kata Mayra seorang diri. Disana sudah tidak ada siapa-siapa lagi. Mayra kaget, ternyata kakek itu sudah pergi. Mungkin kakek tadi bukanlah pemilik rumah itu, lalu dia memasuki rumah siapa?

Mayra merasa aneh, ia juga takut memasuki rumah orang tanpa permisi. Dengan perasaan aneh yang terus menyelimuti, Mayra melangkahkan kakinya menuju tempat yang ingin ia kunjungi, tempat yang membuatnya mengabaikan cuaca buruk sekalipun.

"Akhirnya sampai," pekik Mayra menghembuskan nafas lega. Tapi sayang, tempat itu masih sepi dan kosong.

"Kok tumben jam segini kantor pos masih tutup?" tanya Mayra pada dirinya sendiri. Ia ingat betul saat keluar rumah waktu sudah menunjukkan pukul 9 pagi, dan perjalanannya yang ia tempuh dengan berjalan kaki mungkin cuma satu jam. Apa mungkin kantornya tutup? Tapi ini bukan hari libur. Mayra terus mengingat-ingat apa mungkin ia salah menghitung hari.

"Neng mau ke kantor pos?" tanya seorang ibu yang lewat.

"Iya bu, kok masih tutup ya?"

"Ya tutuplah neng sekarang masih jam 7 pagi," kata ibu itu sambil terkekeh pelan. Mayra spontan melihat jam ditangannya. Dan benar waktu menunjukkan pukul 7 lewat 15. Mayra bingung dan mulai panik.

"Bu, sekarang hari apa?" tanya Mayra panik.

"Hari jum'at,"

"Bukan bu sekarang harusnya hari senin!"

"Neng ini kenapa ya? Kok aneh banget di kasih tau malah ngeyel!" kata ibu itu mulai emosi.

"Ibu jangan bercanda dengan saya, saya nggak berulang tahun hari ini!" Mayra mulai bernada tinggi saking paniknya.

"Masih muda kok aneh!" kata ibu itu sambil berlalu pergi dengan tatapan tajam penuh tanda tanya. Mayra yang masih tidak percaya makin panik.

"Sebenarnya apa yang terjadi? Apa aku salah lihat kalender dan jam?" Mayra terus berfikir keras. Sambil duduk di kursi tunggu kantor pos, terpaksa ia harus menunggu dua jam lagi sampai kantor buka, padahal ia berjanji pada neneknya hanya keluar selama 30 menit.


Bersambung... 

.

Terima kasih ^_^

 

Subscribe to receive free email updates:

0 Response to "Cerbung Fantasi: Kembali Ke Masalalu"

Posting Komentar