Sabar Terus, Mau Sampai Kapan?
Sabar Terus, Mau Sampai Kapan?
Sebuah pertanyaan yang sering kali kita ucapkan saat ujian menimpa. Sebuah kalimat yang secara tidak langsung mengungkapkan betapa kita begitu lelah untuk bersabar. Kalimat yang selalu membuat kita beralasan bahwa sabar itu harus ada ujungnya, bahwa sabar itu ada batasnya. Tapi siapa bilang sabar mempunyai batas? Justru saya pernah mendengar bahwa batas akhir dari sebuah kesabaran hanyalah kematian. Kematian adalah pemutus rantai kehidupan dunia menuju kehidupan abadi di akhirat.
Tidak sedikit orang termasuk saya, pasti sering mengeluh "kenapa saya harus diuji?", "kenapa ujian saya berat sekali?", "kenapa dari sekian banyak orang harus saya yang mengalami ujian ini?".
Berulang kali saya terus meyakinkan diri bahwa ujian yang menimpa semata-mata untuk meningkatkan keimanan seorang hamba, tapi yang namanya manusia mengeluh pasti ada, karena manusia memang bersifat berkeluh kesah seperti firman Allah dalam Al-Qur'an surat Al-Ma'arij ayat 19-21,
"Sesungguhnya manusia diciptakan bersifat keluh kesah lagi kikir. Apabila ia ditimpa kesusahan ia berkeluh kesah. Dan apabila ia mendapat kebaikan, ia amat kikir."
Dari ayat itu saja seharusnya kita merasa malu, tapi pada kenyataannya malunya kita tidak sanggup untuk mengamalkan firman Allah tersebut.
Sebagai manusia yang bertugas sebagai seorang hamba, seharusnya kita mampu menjalani setiap ujian tanpa perlu banyak tanya, tanpa perlu banyak mengeluh tapi justru seharusnya membuat kita sadar bahwa mungkin ini adalah bahasa rindu Allah untuk mengingatkan seorang hamba agar lebih dekat pada-Nya.
Sabar itu apa? Apa hanya saat lisan kita tidak mengeluh? Atau saat kita tidak menangis meratapi ujian? Atau saat kita mampu menerima segala ujian dengan keridhoan?
Bagaimana dan seperti apa konsep sabar menurutmu? Terlepas dari pengertian apapun tentang sabar, kita pasti dapat dengan mudah mencari tahu diberbagai sumber internet. Tapi yang jadi pertanyaannya adalah apakah kamu sudah bersabar? Apakah sabar itu sudah kamu amalkan?
Ibnu Qayyim pernah mengatakan "Sabar adalah ketika hati tidak meratap dan mulut tidak mengeluh. Ketika Allah memberi cobaan kepadamu, itu tidak dimaksudkan untuk menghancurkanmu. Saat Dia menghapus sesuatu yang menjadi milikmu, itu hanya mengosongkan tanganmu untuk menerima suatu pemberian yang lebih besar".
Kita boleh saja mengeluh, kita boleh saja hampir menyerah, tapi bukankah janji Allah itu pasti? Bahwa Allah beserta dengan orang-orang yang sabar.
Kita tidak pernah tahu alasan kenapa kita harus diuji, kenapa dari sekian banyak manusia, Allah pilih kamu untuk menerima ujian itu, dan itu tidak perlu untuk kita cari tahu, karena kalau kita sudah menyadari hakikat sebagai seorang hamba seharusnya kita sadar bahwa apapun bentuk ujian dari Allah itu adalah bahasa rindu Allah agar kita lebih dekat pada-Nya.
Saat kita hampir menyerah oleh suatu keadaan, saat kita hampir putus asa karena kegagalan, dan saat kita kehilangan arah dan tujuan, yakinlah bahwa Allah tidak akan membiarkanmu berjalan seorang diri. Allah tidak akan membiarkanmu terombang-ambing dalam kesedihan. Karena Allah menguji seorang hamba sesuai batas kemampuan hamba-Nya. Allah pilih kamu untuk menerima ujian itu, karena Allah tahu kamu itu mampu. Allah tahu bahwa kamu bisa melewati ujian itu.
Jadi bersabarlah untuk menikmati semua ujian yang sedang kamu hadapi saat ini. Bersabarlah, karena bersama kesulitan ada kemudahan. Bersabarlah, karena Allah beserta orang-orang yang sabar.
“Dan Kami pasti akan menguji kamu dengan sedikit ketakutan, kelaparan, kekurangan harta, jiwa, dan buah-buahan. Dan sampaikanlah kabar gembira kepada orang-orang yang sabar.” (QS. Al-Baqarah: 155)
0 Response to "Sabar Terus, Mau Sampai Kapan? "
Posting Komentar