My World: Dewasa Itu Seperti Apa?
![]() |
EDIT BY CANVA |
Menginjak usia dewasa, kita akan disuguhkan berbagai macam konflik batin dan fisik. Di usia dewasa tubuh akan mulai terasa lelah di tambah aktivitas yang semakin padat. Konflik batin-pun tak jarang terjadi, terkadang berbagai hal menjadi pemicunya. Misalnya, tuntutan pekerjaan, pendidikan, keluarga atau bahkan komentar dari mulut-mulut tetangga, tetapi sering kali pemicu itu juga timbul dari diri sendiri.
Pemicu yang timbul dari diri sendiri contoh kecil misalnya, rasa iri atau merasa minder ketika melihat teman seusia sukses lebih dulu dari kita, sedangkan kita yang masih berlalu lalang mencari kerja, atau yang masih berusaha mengadaptasikan diri di tempat kerja, atau mungkin masih berguling-guling di atas kasur menantikan kabar lamaran diterima.
Perasaan-perasaan semacam itu sangat wajar dirasakan kita sebagai manusia. Sebab, manusia punya gairah keinginan untuk bisa meraih apa yang orang bisa raih. Kalau dia bisa kenapa aku tidak, mungkin begitu afirmasinya.
Namun, yang patut diperhatikan adalah tentang obsesi yang harus dibarengi dengan rasa syukur. Sebab, terlalu terobsesi terhadap sesuatu membuat kita tidak akan pernah merasa cukup dengan apa yang kita punya, dalam Islam disebut juga Qana'ah atau merasa cukup.
Manusia memang tabiatnya rakus seperti dalam hadits yang diriwayatkan oleh Ibnu Abbas ra, bahwa Rasulullah Sallahu'alaihi Wasallam bersabda:
“Seandainya seorang anak Adam memiliki satu lembah emas, tentu ia menginginkan dua lembah lainnya, dan sama sekai tidak akan memenuhi mulutnya (merasa puas) selain tanah (yaitu setelah mati) dan Allah menerima taubat orang-orang yang bertaubat.”
(Muttafaqun ‘alaih. HR. Bukhari no. 6439 dan Muslim no. 1048)
Menyikapi hal ini, kita sebagai manusia harus bisa bersyukur dengan segala hal yang kita punya. Standar kesuksesan tidak bisa diukur dengan kesuksesan orang lain, seperti pada tulisan sebelumnya yang berjudul we are in our time zone. Kita punya waktu, kapan kita akan mengalami kegagalan dan kapan kita akan meraih kesuksan. Waktunya tidak akan sama, meski dengan cara yang sama pula. Atau mungkin ada yang sama waktunya, tetapi tidak mungkin prosesnya-pun akan sama.
Mengahadapi usia dewasa kita dituntut untuk serba bisa, ibarat pahlawan super kita adalah ultramen yang sewaktu-waktu dapat merasa lelah sehingga alarm-pun berbunyi, tetapi apakah kita punya alarm tersebut?
Menjadi dewasa yang dipenuhi konflik batin tak jarang menyebabkan timbulnya penyakit-penyakit kejiwaan, seperti depresi dan sebagainya. Hal ini, menjadi perhatian khusus kenapa bisa di usia dewasa kita mudah terkena depresi?
Pada dasarnya, letak semua permasalahan ada pada diri kita sendiri. Pergolakan batin yang terjadi menuntut kita untuk bisa menyelesaikan masalah seorang diri. Tidak jarang kita juga sering kali mengenang masa-masa kecil dulu. Dan lucunya di waktu kecil kita ingin cepat menjadi orang dewasa, karena dengan begitu kita punya penghasilan sendiri, kita bisa terbebas dari kekangan orang tua, kita bisa mandiri kalau kemana-mana. Tapi sekarang? Bukankah masa-masa saat kita berlarian dikejar orang tua saat disuruh mandi tak mau, disuapin saat makan, disiapkan segala keperluan, itu hanya hal-hal sederhana yang sifatnya memang kekanak-kanakan. Namun, kalau boleh jujur apa kamu pernah merindukan masa-masa itu? Kalau aku sih yes...
Dengan segala tuntutan yang harus dihadapi di usia dewasa adalah salah satu yang menjadi penyebab kenapa banyak mengalami depresi. Beban pekerjaan yang di dalamnya sering kali bertemu dengan manusia berwajah dua, target yang terlalu besar, kebijakan yang terlalu ketat, atasan yang semena-mena, itu juga yang menyebabkan kita sering bergonta-ganti pekerjaan dengan alasan belum menemukan tempat ternyaman. Namun, kalau lebih ditelisik lagi justru akan lebih merepotkan jika kita belum memiliki pekerjaan, bukan?
Belum lagi tuntutan keluarga yang sering membanding-bandingkan dengan sanak saudara, atau tetangga terdekat rumah, semua ocehan itu seakan terdengar seperti suara bising yang memekakan telinga. Padahal, jika kita bisa lebih menerima tanpa memasukkannya ke dalam hati orang-orang pun akan berhenti. Biarkan saja ocehan mereka, buka telinga kananmu dan sediakan per disana, agar setiap ocehan buruk langsung terpental jauh dari telinga.
Dewasa menurutmu seperti apa?...
#dewasa
#problematikahidup
#tuntutan
0 Response to "My World: Dewasa Itu Seperti Apa? "
Posting Komentar