Novel Tentang Hati: Part 1
Nadira, seorang sarjana pendidikan dari universitas swasta di Jawa Barat. S1 Pendidikan Agama Islam menjadi gelarnya di usia yang ke 22 tahun. Saat ini kesibukannya adalah mengajar di salah satu Sekolah Dasar di Ibukota.
•••••
Nadira masih sibuk dengan lamunannya, karena sejak lima tahun yang lalu dia masih belum menemukan keberadaan Arsyad, orang yang dia sukai sejak masa SMA. Arsyad menghilang, tidak ada kabar berita setelah kelulusan sekolah, seharusnya Arsyad melanjutkan kuliah di Bogor mendapat beasiswa, tapi ternyata Arsyad tidak mengambil beasiswa itu.
Orang tua Arsyad juga dikabarkan pindah ke luar kota. Hal itu membuat Nadira terus bertanya-tanya, dimana keberadaan Arsyad sekarang, bagaimana keadaannya dan tinggal di kota mana.
Saking khusyu'nya melamun, Nadira tidak menyadari kalau dari arah berlawanan ada seseorang yang berjalan ke arahnya sambil memegangi ponsel. Dan benar saja, dahi Nadira tidak sengaja menabrak bahu orang itu.
"Aduh!", sontak Nadira langsung terbangun dari lamunannya, menemukan sosok pria tinggi dengan setelan kemeja marun dan celana hitam menatapnya dengan penuh selidik.
"Mba, kalau jalan matanya dipake dong!", bentak pria itu membuat Nadira merasa sangat bersalah.
"Maaf Pak, tidak sengaja", ucap Nadira lembut sambil menelungkupkan kedua tangannya sebagai permohonan maaf.
"Pak? Saya tidak setua itu buat dipanggil bapak!", bentak pria itu lagi, Nadira langsung naik darah.
"Oke! Kalo gitu maaf yah Mas, saya tidak sengaja nabrak Mas yang lagi sibuk sama ponsel, terserah mau dimaafkan atau tidak, saya permisi Assalamu'alaikum!", jawab Nadira ketus sambil mendongakkan wajahnya untuk menatap pria tinggi bak tiang listrik itu. Nadira berlalu pergi meninggalkan pria galak itu yang masih menatapnya dengan sinis.
•••••
"Kenapa kamu Ra? Tumben ekspresinya ditekuk terus?", tanya Irma sahabat Nadira satu-satunya rekan guru terbaik yang ia punya.
"Habis ketemu orang rese!", jawab Nadira masih dengan ekspresi ketusnya.
"Kok bisa? Dimana? Cowok apa cewek? Orang tua murid ya?", tanya Irma membabi buta.
"Sudahlah tidak usah dibahas, orang rese seperti dia tidak pantas jadi topik pembicaraan", jawab Nadira kesal.
"Jangan begitu, siapa tau dia jodoh kamu gimana?", celetuk Irma semangat.
"Astaghfirullahal'adzim! Ya Allah jangan sampai itu terjadi!", ucap Nadira sambil menutup mata dan menengadahkan kedua tangan seraya berdoa.
•••••
Satu minggu setelah peristiwa itu Nadira tidak lagi ingat kejadian menjengkelkan dengan pria yang ia temui beberapa hari lalu.
Hari ini Nadira ada kelas untuk mengajar di kelas 4 A. Bel pulang berbunyi Nadira langsung menghentikan aktivitas mengajarnya.
"Sampai disini saja materi kita hari ini, semoga bermanfaat dan sampai bertemu besok", ucap Nadira lembut.
"Marilah teman-teman sebelum pulang marilah kita membaca doa", seru ketua kelas semua murid serentak membaca doa.
Setelah doa selesai...
"Hati-hati di jalan ya anak-anak", ucap Nadira sambil menyalami muridnya satu persatu hingga tersisa satu murid perempuan yang menatapnya dengan berkaca-kaca.
"Bu Rara, Lia belum dijemput. Boleh tidak Lia ikut sama Ibu dulu?", tanya murid itu bernama Lia.
"Memangnya Lia dijemput jam berapa?", tanya Nadira sambil memosisikan kakinya agar sejajar dengan Lia.
"Tidak tau Bu, Omnya Lia masih di rumah sakit katanya satu jam lagi baru sampai", jawab Lia dengan polosnya.
"Orang tua Lia tidak bisa jemput?", tanya Nadira lagi.
"Orang tua Lia lagi di luar kota, sudah seminggu ini Om terus yang jemput. Biasanya tidak telat sekarang malah telat!", keluh Lia sambil mengerucutkan bibirnya tidak senang.
"Oh, ya sudah kalo begitu. Ibu temenin Lia disini sambil kerjain tugas Ibu, Lia juga kerjain PR ya biar ada kegiatan", ucap Nadira.
"Baik bu, makasih bu Rara. Ibu memang terbaik", jawab Lia memuji sambil mengacungkan kedua jempol tangannya. Nadira membalasnya dengan senyum dan mengusap pelan rambut Lia.
Satu jam kemudian...
"Om Alwi!...", teriak Lia sambil berlari saat menemukan sosok pria tinggi berkulit kuning langsat berdiri di samping pintu.
"Maaf ya Lia Om telat, kamu sama siapa?", tanya seseorang yang dipanggil Om Alwi itu. Belum sempat menjawab, Nadira langsung keluar menemui Lia dan Om nya, sontak pria itu pun membulatkan matanya terkejut.
"Kamu?!", tanya Alwi dengan tatapan tidak percaya.
"Om sudah kenal sama Bu Rara?", tanya Lia. Belum sempat Alwi menjawab Nadira buru-buru pamit.
"Lia, sekarang Om nya sudah datang, ibu mau ke kantor ya, Lia hati-hati pulangnya Assalamu'alaikum", ucap Nadira lembut Lia langsung mencium tangan Nadira sebelum pergi.
"Orang itu gurunya Lia?", tanya Alwi masih tidak percaya.
"Iya Om, kenapa? Cantik ya?", jawab Lia sambil menarik tangan Alwi untuk segera pulang.
"Bukan cantik tapi ketus!", celetuk Alwi.
"Kata siapa? Bu Rara baik kok, Om aja yang belum kenal coba kalo sudah kenal pasti Om suka", ucap Lia sambil senyum-senyum menggoda Om nya.
"Tidak mungkin dan tidak akan pernah terjadi!", jawab Alwi penuh penekanan. Sesaat kemudian mobil sedan putih itu berlalu meninggalkan parkiran sekolah.
•
•
•
•
•
Bismillah...
Terimakasih sudah mampir baca ceritanya.^_^
Mohon maaf apabila ada kesamaan nama tokoh atau tempat cerita ini hanya fiktif belaka..
Baca bab berikutnya silahkan buka di wattpad ya... ^_^
keren ka ceritanya, semangat terus menulisnya.
BalasHapus