BANGKIT! (Sebuah Catatan Harian)
BANGKIT! (Sebuah catatan harian)
Part 1 Tentang Waktu dan Masa lalu
Pernah nggak sih? Malem-malem atau waktu lagi sendiri, merenung, entah mau di bawah pohon, di atap rumah, di serambi Masjid, atau dalam toilet sekalipun. Kamu tiba-tiba terfikirkan dalam benakmu, "Nggak nyangka ya, sudah sejauh ini perjalanan hidupku. Nggak nyangka sudah sebesar ini usiaku. Dulu yang masih ingusan sampai nyebar ke pipi kanan-kiri, dulu yang masih main lari-larian kejar layangan, dulu yang masih sibuk dandanin boneka barbie, sekarang?"
Begitulah waktu. Sangat cepat berlalu, waktu nggak akan menunggu kamu untuk sadar bahwa ia sudah berlalu, tapi waktu ingin kamu sadar bahwa hadirnya yang singkat sangatlah berharga.
Andaikan waktu bisa kembali ke masa lalu, apa yang ingin pertama kali kamu lakukan di masa itu? Memperbaiki sebuah penyesalan? Mengubah takdir? Ingin merasakan momen-momen kebahagiaan lebih lama?
Andaikan aku bisa membeli waktu, akan ku putar masa lalu. Masa yang begitu kelam yang mengantarku pada satu titik yang sangat tak berarti, yaitu NOL. Aku selalu berpikir, mungkin jika hari itu tak pernah ada, masalah demi masalah tak akan pernah muncul, berbagai kesedihan tak akan datang menghampiri dan mungkin hidupku akan tetap baik-baik saja seperti dulu.
Di saat semua perasaan berkecamuk. Ingin marah dengan keadaan, ingin menangis meratapi nasib, atau bahkan ingin berontak karena depresi, tiba-tiba aku tertampar dengan sebuah ungkapan:
"Apa yang melewatkanku tidak akan pernah menjadi takdirku. Dan apa yang menjadi takdirku tidak akan pernah melewatkanku."
Tahukan siapa yang mengungkapkan kalimat ini? Seseorang yang memiliki julukan singa padang pasir, atau dikenal juga dengan gelarnya Al-Faruq? Ya, Sayyidina Umar bin Khattab.
Dari ungkapan ini, aku yang dulu berpikir sempit mulai sedikit terbuka. Oh ternyata inilah takdirku. Sesuatu yang sama sekali tidak pernah terfikirkan dalam benakku untuk mengalaminya. Sesuatu yang tidak pernah diinginkan kedatangannya. Apa dia? Musibah, masalah, rentetan berbagai suka duka dalam kehidupan sehari-hari, dan berbagai problematika lain dalam hidup, karena pada kenyataannya aku hanya ingin hidupku berjalan baik-baik saja, sampai aku lupa bahwa ujian hidup suatu waktu pasti akan ada.
Apakah manusia mengira bahwa mereka akan dibiarkan (hanya dengan) berkata, "Kami telah beriman," sedangkan mereka tidak diuji? (QS. Al-Ankabut: 2)
Sebuah ayat yang mengingatkanku bahwa hidup nggak akan selamanya tertawa, nggak akan selamanya baik-baik saja. Bahkan sesuatu yang baik itu juga merupakan ujian.
“Setiap yang bernyawa akan merasakan mati. Kami akan menguji kamu dengan keburukan dan kebaikan sebagai cobaan (yang sebenar-benarnya). Dan hanya kepada Kamilah kamu dikembalikan.” (QS. Al-Anbiya: 35)
Dari ayat-ayat di atas, seharusnya sudah mengingatkanku bahwa hidup nggak lepas dari yang namanya ujian. Bahwa hidup entah susah atau senang keduanya merupakan ujian. Namun, pada pelaksanaannya mungkin cukup berat walau sekadar hanya untuk menerima dengan hati yang lapang, ikhlas tanpa meratap, dan tanpa mengeluh adalah sesuatu hal yang masih menjadi tantangan yang belum terpecahkan.
Terlepas dari semua itu, kini aku sadar bahwa waktu yang sudah berlalu nggak perlu untuk diungkit, nggak perlu untuk disesali, dan nggak perlu untuk dikenang karena semua itu hanya akan membuatku menyesal.
Masa lalu adalah pembelajaran, hari ini adalah proses perbaikan dan esok hari adalah masa depan yang ingin kita perjuangkan. Karena apa yang ingin kita raih esok harus melalui banyak perjuangan di hari ini.
By: Manusia Sok Puitis -p216-
0 Response to "BANGKIT! (Sebuah Catatan Harian) "
Posting Komentar