Apalah Artinya Hari Kemenangan? Kalau Kita Sebenarnya Bukan Pemenang.
Gema takbir telah berkumandang dari Masjid, Mushollah, radio, televisi dan sosial media semua orang dipenuhi dengan ucapan "mohon maaf lahir dan batin".
Gema takbir yang terus terdengar telah mengisyaratkan bahwa Ramadhan telah berakhir. Bulan Ramadhan kini tinggal kenangannya saja, kebiasaan baik yang sudah dilakukan selama sebulan penuh tinggal di istiqomahkan, ibadah yang sudah mulai dibiasakan kini tinggal ditingkatkan dan dijaga agar di bulan-bulan berikutnya tetap terasa mudah dilakukan. Itulah yang namanya perjuangan, perjuangan untuk menahan diri, menahan hawa nafsu, menahan segala hal buruk yang biasa dilakukan sebelum Ramadhan. Perjuangan itu tidak berhenti sampai disini, melainkan semakin berat tantangan itu untuk dihadapi.
Meski Ramadhan telah berakhir, tapi bukan berarti ibadah kita harus berhenti, semangat ibadah kita mulai mengendur hanya karena kesibukan duniawi. Justru setelah Ramadhan berakhir PR kita semakin bertambah, bagaimana untuk tetap istiqomah, bagaimana untuk tetap merasa bahwa Ramadhan sebenarnya tidak pernah meninggalkan kita.
Gema takbir semakin riuh terdengar, suara petasan dan kembang api ikut memeriahkan, sanak saudara ikut hadir membuat suasana kampung yang biasanya sepi menjadi lebih ramai. Orang-orang berbondong-bondong menyiapkan makanan untuk hari raya, ketupat, lontong dan opor ayam sudah menjadi ciri khas tersendiri di hari raya, tapi bukan disitu letak kesenangan orang-orang, melainkan berkumpulnya keluarga yang lama tidak pernah berjumpa akhirnya bisa saling melepas rindu dan bertemu, orang yang biasanya tidak pernah berkunjung untuk silaturahim akhirnya datang silih berganti mengucap kata maaf dan bersalam-salaman. Mungkin sederhana, tapi itulah kesenangan, itulah kebahagiaan.
Lalu sebenarnya apa makna hari kemenangan? Apa kita sudah menjadi seorang pemenang dengan melakukan rutinitas itu? Apakah kita seorang pemenang jika berhasil berpuasa selama sebulan penuh? Apakah kita seorang pemenang jika kita berhasil mengkhatamkan berjuz-juz Al-Qur'an? Apakah kita seorang pemenang jika kita memberi begitu banyak THR untuk sanak saudara? Apakah kita sudah menjadi seorang pemenang?
Dimana letak hari kemenangan itu?
Kalau pada akhirnya setelah hari ini berakhir kita kembali bermaksiat seperti sebelumnya. Kalau pada akhirnya setelah hari ini berakhir kita kembali pada diri kita yang dulu. Kalau pada akhirnya ibadah yang dilakukan selama Ramadhan tidak membekas di hati.
Dikutip dari salah satu artikel di Republika “Idul Fitri dapat disebut hari raya kemenangan. Pada hari itu, kaum beriman yang telah menunaikan ibadah Ramadhan meraih kemenangan dengan terlahir kembali kepada fitrah kemanusiaan yang suci dan kuat hati,” kata Ketua Umum Majelis Ulama Indonesia (MUI) Din Syamsuddin.
Lalu apakah kita sudah menjadi pemenang di hari kemenangan?
Nb: Tulisan ini lebih kepada nasihat untuk penulis sendiri. Semoga bermanfaat untuk saling mengingatkan...
Kritik dan saran sangat dibutuhkan...
Terima kasih^_^
0 Response to "Apalah Artinya Hari Kemenangan? Kalau Kita Sebenarnya Bukan Pemenang. "
Posting Komentar